Jadi Target Pembunuhan, Yunarto Wijaya Justru Beri Respons Tak Terduga, Ngaku Bisa Belajar Soal Ini

Meski jadi target pembunuhan, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya justru memberikan respons tak terduga.

Penulis: Yongky Yulius | Editor: Theofilus Richard
KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya saat ditemui di Rakernas Partai Golkar, Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (23/3/2018). 

TRIBUNJABAR.ID - Meski jadi target pembunuhan, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya justru memberikan respons tak terduga.

Respons Bos Charta Politika Yunarto Wijaya ini diunggah di akun Twitter-nya @yunartowijaya, Selasa (11/6/2019).

Dalam cuitannya, Yunarto Wijaya mengaku tak dendam.

Termasuk keluarganya pun, cuit dia, tak dendam dengan eksekutor rencana pembunuhan itu.

Kivlan Zen Dituduh Rencanakan Pembunuhan 4 Tokoh Nasional, Pengacara Bilang Begini

"Sama seperti yang pernah saya tulis, sudah tak ada dendam lagi dari saya dan keluarga, baik buat yang jadi perencana ataupun eksekutor," tulis Yunarto Wijaya dikutip TribunJabar.id, Rabu (12/6/2019).

Ia mengaku, dari situasi seperti ini, bisa belajar tentang apa itu kasih.

Kasih, menurutnya, termasuk juga soal memaafkan siapapun yang memusuhi.

"Ayo terus mencintai Indonesia...," tulis Yunarto Wijaya.

Cuitannya itu sudah di-retweet dan disukai ribuan warganet.

Bahkan, tak sedikit pula yang memberikan dukungan.

"Inilah hakekat ajaran yang saya imani juga. Sebagai seorang Katolik memaafkan adalah salib hidup yang terberat..," tulis @PaulJManjo2.

"Risiko selalu ada dalam bidang apa pun. Jiwa besar, hati lapang, kepala dingin, dan kepasrahan kepada Sang Pencipta adalah obat mujarab untuk "mencegah" dan "mengobati" risiko itu Mas Tok. Salam hormat," tulis @MoelyonovDjalil.

"Setuju Cinta Indonesia tanpa dendam tapi rekonsiliasi hanya ada jika mereka bertobat dan berjanji tidak mengulangi kejahatannya," tulis @haro_arnold.

"Keren bang, tanpa dendam, maju terus Indonesia, dan maju terus quick count Indonesia, Charta Politika," tulis @Ambarwa33781122.

Tak hanya itu, beberapa politikus juga memberikan dukungannya kepada Yunarto Wijaya.

Politisi PDI Perjuangan, Budiman Sudjatmiko.
Politisi PDI Perjuangan, Budiman Sudjatmiko. (Tribunnews.com/Chaerul Umam)

Politikus PDIP Budiman Sudjatmiko misalnya, ia bikin cuitan dukungan untuk Yunarto Wijaya.

"Ini sih pembunuhan terencana pada pejabat-pejabat resmi negara. Negara harus mampu membela atau melindungi dirinya (pejabat maupun warganya) dengan hukum!," tulis @budimandjatmiko.

"Halo, @yunartowijaya ...I'm with you... stay strong!.. siapapun yg selama ini merasa keren bersuara lantang, tak pernah setinggi ini risiko yang harus ditanggungnya. Toto, musuh-musuhmu jadi tampak kerdil dengan mulut besar mereka," lanjutnya.

Jubir PSI Dedek Prayudi juga memberikan dukungannya kepada Yunarto Wijaya.

"I'm with you too, mas. Those as***les must be sentenced," tulis @Uki23.

Pemutaran Video Pengakuan Eksekutor

Penyidik Polda Metro Jaya, AKBP Ade Ary Syam, memutar video pengakuan para eksekutor dalam rencana pembunuhan empat tokoh nasional plus satu pimpinan lembaga survei.

Video tersebut diputar dalam konferensi pers di kantor Menko Polhukam, Selasa (11/6/2019).

Menurut Ade, diduga Kivlan Zen berperan dalam memerintahkan para eksekutor tersebut.

Diketahui terdapat enam tersangka yang masing-masing memiliki peran sebagai leader, pencari eksekutor, eksekutor, orang yang mencari senjata api, dan penjual senjata api ilegal.

Adapun video pengakuan tiga eksekutor yang ditayangkan, di antaranya Helmi Kurniawan (HK) alias Iwan (I), Irfansyah (IR), serta Tajudin (TJ).

Dari pengakuan ketiga eksekutor tersebut, mereka mengaku diperintah oleh Kivlan Zen dalam menentukan target hingga soal kepemilikan senjata api ilegal.

Senjata api ilegal tersebut diduga akan digunakan pada kerusuhan 21-22 Mei 2019. 

Dalam tayangan pengakuan, eksekutor Helmi Kurniawan (HK) alias Iwan (I) mengaku adalah seorang leader-nya.

Kivlan Disebut Rencanakan Pembunuhan Tokoh Nasional, Pengacara Membantah, Itu Adalah Hoaks

HK berdomisili di Cibinong, Bogor, diamankan polisi pada 21 Mei sekitar pukul 13.00.

HK ditangkap terakait ujaran kebencian dan kepemilikan senjata api ilegal.

Dalam pengakuannya, HK mengaku, kasus tersebut ada kaitannya dengan Kivlan Zen yang merupakan seniornya.

Pada Maret, HK mengaku bersama saudaranya Udin, dipanggil Kivlan Zen untuk menemuinya di Kelapa Gading.

Pada pertemuan tersebut, HK mengaku diberi uang Rp 150 juta untuk pembelian dua pucuk senjata laras pendek dan dua pucuk senjata laras panjang.

HK mengaku diberi uang Rp 150 juta tersebut dalam bentuk dolar Singapura, langsung ia tukar di money changer. 

Kemudian, tersangka eksekutor Irfansyah (IR) berdomisili di Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Pada bulan April, dua hari setelah pemilu, IR mengaku ditelepon oleh Armi untuk bertemu dengan Kivlan Zen.

Kivlan Zein dan Wiranto
Kivlan Zein dan Wiranto (Kolase Tribun Jabar/Kompas.com)

Ia diminta bertemu dengan Kivlan Zen di Masjid Pondok Indah.

Saat itu IR kebetulan sedang bersama Yusuf di Pos Peruri.

Keesokan harinya, IR mengaku mengajak Yusuf untuk bertemu Kivlan Zen ke Masjid Pondok Indah.

IR berangkat sekitar pukul 13.00 WIB mengendarai mobil milik Yusuf yaitu mobil Ertiga.

Setelah mereka sampai, datang Armi yang mengendarai motor.

Mereka pun duduk untuk 'ngopi'dan makan bersama.

Tak lama kemudian, datang Kivlan Zen bersama supirnya, Eka.

Namun, Kivlan Zen melaksanakan Salat Asar terlebih dahulu sebelum bertemu dengan IR. 

Usai salat Ashar, Armi IR, dan Yusuf diperintahkan untuk masuk ke dalam mobil Kivlan Zen karena Kivlan memang sedang sendiri dalam mobil.

Di mobil, Kivlan Zen menunjukkan foto beserta alamat Yunarto Wijaya yang merupakan pimpinan lembaga survei.

Cerita Pengakuan Tiga Eksekutor Rencana Pembunuhan Tokoh Nasional, Mengaku Diperintah Kivlan Zen

IR dan Yusuf diminta untuk mengecek alamat Yunarto Wijaya, untuk mengambil foto dan video situasi rumah Yunarto Wijaya.

Kivlan Zen memberikan jaminan untuk istri dan anak IR, termasuk hiburan ke mana pun, bagi siapa saja di antara mereka yang bisa mengeksekusi Yunarto Wijaya.

Kivlan Zen juga memberikan uang sebesar Rp 5 juta untuk uang operasional untuk bensin, makan, dan uang kendaraan.

Setelah itu, IR dan Yusuf keluar dari mobil. Lalu Eka diperintahkan mengambil uang operasional Rp 5 juta, dan diserahkan kepada IR dan Yusuf.

Keesokan harinya, IR dan Yusuf langsung survei ke lokasi yang diperintahkan Kivlan Zen.

IR dan Yusuf menuju ke lokasi sekitar jam 12 siang.

Sesampai di kediaman Yunarto Wijaya, IR dan Yusuf memotret dan mengambil video menggunakan ponsel atau HP Yusuf. 

Usai mendapatkan foto dan video kediaman Yunarto Wijaya menggunakan HP Yusuf, lalu dikirim ke HP IR, dan IR kirim ke Armi.

Apa Itu Tim Mawar? Dulu Terkait Penculikan Aktivis 98, Kini Eks Anggota Diduga Terlibat Rusuh 22 Mei

Setelah itu, IR dan Yusuf pulang. Keesokan harinya, Armi datang ke pos Peruri.

IR pun sempat bertanya soal senjata yang dimiliki Armi, dan Armi menjawab bahwa senjatanya ia gadaikan untuk menutupi biaya kontrakan dan kebutuhan rumah tangga.

Setelah keesokan harinya, sekitar jam 12 siang, IR dan Yusuf pun kembali ke kediaman Yunarto Wijaya.

Seperti biasa mereka memotret dan mengirimkan video kediaman Yunarto.

Seperti biasa juga IR dan Yusuf memotret menggunakan HP milik Yusuf, dikirimkan ke HP IR, lalu IR kirimkan ke Armi.

Namun semenjak saat itu, Armi tidak pernah menjawab kembali pesan IR.

IR dan Yusuf pun kembali ke pos peruri dan memutuskan tugas mereka selesai.

Sisa uang operasional yang diberikan Kivlan Zen mereka bagi-bagi.

Pada 21 Mei pukul 20.00 WIB, IR ditangkap pihak kepolisian dengan berpakaian preman. 

Terakhir, kepolisian menayangkan video pengakuan tersangka Tajudin (TJ).

TJ mengaku mendapat perintah dari Kivlan Zen melalui HK alias I untuk menjadi eksekutor.

TJ ditunjuk untuk menjadi eksekutor penembakan kepada empat tokoh yang merupakan tokoh nasional.

Keempat tokoh tersebut di antaranya Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Binsar Panjaitan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere.

TJ mengaku diberikan uang tunai sebesar Rp 55 juta dari Kivlan Zen melalui HK alias I.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved