Terpopuler
Demokrat Dituduh Tak Serius Menangkan Prabowo, Jansen Sitindaon: Saya yang Pertama Sakit Hati!
Ia mengatakan, secara pribadi bahkan masih habis-habisan bela Prabowo-Sandi pada tanggal 21 Mei malam.
TRIBUNJABAR.ID - Ketua DPP Demokrat Jansen Sitindaon angkat bicara mengenai tudingan yang dialamatkan kepada partainya dan kepada Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) serta Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY ).
Jansen Sitindaon memberikan penjelasan, yang ia sebut sebagai fakta empirik hasil Pilpres 2019, untuk menjawab tudingan bahwa Demokrat, SBY, dan AHY tak serius memenangkan Prabowo-Sandi.
Ia mengatakan, secara pribadi bahkan masih habis-habisan bela Prabowo-Sandi pada tanggal 21 Mei malam.
"Jadi begini, jangan lihat suaranya, tapi lihat fakta di lapangan apa yang kita lakukan. Saya di 21 (21 Mei) malam di ujung ketika KPU memutuskan 01 menang, masih hantam meja di KPU," ujar Jansen Sitindaon dalam tayangan Kompas Petang, Minggu (9/6/2019).
"Saya habis-habisan bela 02, saya tidak tahu kalau itu direkam televisi. Itu jauh sebelum Andre (Andre Rosiade) ke Singapura. Yang katanya Demokrat sudah tidak solid di 02, sudah keluar dari 02, saya masih habis-habisan," lanjutnya.
• AHY Sudah 3 Kali Bertemu Jokowi, 1 Kali Kunjungi Megawati, Kode Keras Demokrat Gabung Koalisi 01?
Tak hanya itu, Jansen Sitindaon juga memberikan penjelasan yang disebutnya sebagai fakta empirik lainnya.
Ia mengatakan, di TPS dekat kediaman SBY di Cikeas, Prabowo-Sandi menang.
Tak hanya itu, di Pacitan, di kampungnya SBY, Prabowo-Sandi bahkan disebutnya. menang telak.
"Di Jatim itu Pak Prabowo kalah delapan juta suara (dari Jokowi-Maruf Amin). Pak Prabowo hanya menang di dua kabupaten, Kabupaten Pacitan kampung SBY dan Bondowoso. Di TPS-nya AHY, Prabowo juga menang," ujar Jansen Sitindaon.
Justru, lanjutnya, ia heran. Mengapa di TPS Sandiaga Uno, Prabowo-Sandi malah kalah.
Ia mengatakan, jika melihat fakta tersebut, apakah Demokrat layak disebut tak serius menangkan 02.

Kemudian, nada bicara Jansen Sitindaon mulai meninggi.
Ia menatap ke arah kamera sembari menunjuk-nunjuk.
"Ke teman-teman saya pendukung 02 di media sosial. Jangan lagi keluarkan kata-kata kalau SBY, AHY, Demokrat tak serius menangkan Prabowo-Sandi. Saya yang pertama sakit hati karena saya habis-habisan bela Prabowo-Sandi. Bahkan di kampung sendiri, bukan hanya tidak dipilih, saya dibenci," ujar Jansen Sitindaon.
"Artinya saya ini, Demokrat, SBY, AHY habis-habisan."
• Mengapa Prabowo Kalah di Pilpres 2019? Demokrat Beberkan Alasannya,Termasuk Prabowo Sebut KPU Netral
Nada bicara Jansen Sitindaon semakin meninggi.
Ia kembali menunjuk-nunjuk ke arah kamera saat kembali menyinggung Sandiaga Uno.
"Malah jadi pertanyaan kenapa di tempatnya Bang Sandi, Prabowo-Sandi ini kalah. Serius tidak Bang Sandi ini maju?" ujar Jansen Sitindaon.
Usul Koalisi Dibubarkan
Wakil Sekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik mengusulkan agar Jokowi dan Prabowo segera membubarkan koalisi.
Usulan untuk membubarkan koalisi Jokowi-Maruf dan Prabowo-Sandi itu disampaikan Wasekjen Demokrat Rachland Nashidik melalui akun Twitter-nya @RachlanNashidik.
Awalnya, Wasekjen Demokrat Rachland Nashidik menyinggung soal gugatan kubu Prabowo - Sandi ke Mahkamah Konstitusi.
Ia mencuitkan, gugatan ke MK adalah gugatan pasangan capres, tak libatkan partai politik pengusung.
"Pak @prabowo, pemilu sudah usai. Gugatan ke MK adalah gugatan pasangan capres. Tak melibatkan peran partai."
"Saya usul, Anda segera bubarkan koalisi dalam pertemuan resmi yang terakhir."
• Silaturahmi ke Jokowi hingga Megawati Sudah Dilakukan, Kapan AHY Kunjungi Prabowo? Ini Kata Demokrat
"Andalah pemimpin koalisi, yang mengajak bergabung. Datang tampak muka, pulang tampak punggung," tulis Rachland Nashidik.
Kemudian, cuit dia, usulan mengenai pembubaran koalisi ini juga ditujukan ke Jokowi.
Ia mengatakan, mempertahankan koalisi berarti mempertahankan perkubuan di akar rumput.
"Artinya mengawetkan permusuhan dan memelihara potensi benturan dalam masyarakat."
• Mengenang Ani Yudhoyono, Ternyata Dia Peredam Masalah Demokrat hingga Ada yang Merasa Berhutang Budi
"Para pemimpin harus mengutamakan keselamatan bangsa," tulis Rachland Nashidik.
Lebih lanjut ia menuliskan, pembubaran koalisi tak akan berpengaruh terhadap kesetiaan partai politik.
Jadi, tulisnya, presiden terpilih dipersilakan memiilih sendiri para pembantunya.
"Siapapun nanti yang setelah sidang MK menjadi Presiden terpilih, dipersilahkan memilih sendiri para pembantunya di Kabinet."
"Kenangan partai mana yang setia dan berguna bagi direksi politik presiden terpilih tak akan pupus karena koalisi sudah bubar. Begitulah sistem Presidensial," tulisnya.