Ani Yudhoyono Meninggal Dunia

Mengenang Ani Yudhoyono, Ternyata Dia Peredam Masalah Demokrat hingga Ada yang Merasa Berhutang Budi

Sosok Ibu Negara ke-6 Kristiani Herawati atau dikenal dengan Ani Yudhoyono, memberi macam-macam kesan di mata para elite politik dan tokoh nasional.

Editor: Widia Lestari
Kolase Tribun Jabar (Instagram/aniyudhoyono)
Ani Yudhoyono kini berani bersuara soal kanker darah yang dideritanya. Ia menjelaskan soal rincian pengobatan hingga harus 'diisolasi'. 

TRIBUNJABAR.ID - Sosok Ibu Negara ke-6 Kristiani Herawati atau dikenal dengan Ani Yudhoyono, memberi macam-macam kesan di mata para elite politik dan tokoh nasional.
 

Menurut mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang ( TGB ), yang juga pernah menjadi politisi Partai Demokrat, Ani kerap menjadi penengah atau jembatan di antara kubu-kubu politik yang berseberangan.
 

Ia menuturkan, banyak konflik dan dinamika yang terjadi di internal partai mampu diredam dengan masukan dari Ani sebagai penengah.
 

TGB mengingat peran Ani dalam meredam dinamika yang sempat muncul di internal partai saat TGB, yang saat itu anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat, memutuskan mendukung Calon Presiden Joko Widodo di Pemilu 2019, sementara Partai Demokrat mendukung Prabowo Subianto.

Saat itu, TGB akhirnya memutuskan untuk keluar dari partai.

Ani Yudhoyono bagikan kondisi terkininya berjuang lawan kanker darah. SBY menjadi kuncinya agar dia tetap semangat.
Ani Yudhoyono bagikan kondisi terkininya berjuang lawan kanker darah. SBY menjadi kuncinya agar dia tetap semangat. (Kolase Tribun Jabar (Instagram/agusyudhoyono/aniyudhoyono))

"Banyak hal yang sudah dilewati partai. Banyak turbulensi di internal Demokrat yang mampu diredam dengan sosok beliau," kata TGB.
 

"Kehadirannya tidak hanya menenangkan secara psikologis, tapi ia juga menjadi katalisator, mampu memberi pandangan dan masukan yang baik di antara kubu-kubu yang berseberangan," ujarnya.
 

Budayawan Jaya Suprana, yang juga hadir melayat Ani Yudhoyono, mengatakan hal serupa.

Menurut Jaya, Ani adalah sosok yang sangat peduli dalam kegiayan kemanusiaan dan kebudayaan.
 

Untuk itu, wafatnya Ani Yudhoyono adalah sebuah panggilan atau wake-up call, yang membangunkan bangsa Indonesia untuk tetap menjaga persatuan dan persaudaraan.
 

"Insya Allah wafatnya beliau itu adalah wake-up call, membangunkan kita dari tidur kita yang sebenarnya yang sangat menyedihkan, yaitu marilah kita berhenti saling membenci," kata Jaya.
 

Jaya mengungkapkan bahwa ia dan keluarganya secara pribadi merasa terpukul dan kehilangan atas  meninggalnya Ani Yudhoyono.

"Kami sangat berutang budi kepada beliau karena beliau sangat peduli dengan kemanusiaan dan budaya," kata Jaya.

Hadiri Pemakaman Ani Yudhoyono, Hamdan Zoelva Sebut Ani Sosok Perhatian dan Tidak Pernah Lelah

Ani Yudhoyono meninggal dunia pada Sabtu (1/6/2019) pukul 11.50 waktu Singapura setelah berjuang melawan kanker darah.
 

Selama tiga bulan terakhir, kondisi Ani Yudhoyono harus menjalani perawatan di ruang karantina khusus untuk menghindari infeksi virus dan bakteri yang berpotensi mengganggu proses pengobatan yang sedang dilakukan.
 

Pada Minggu (2/6/2019) pagi ini, jenazah Ani masih disemayamkan di Pendopo Cikeas.

Minggu siang, dilaksanakan shalat jenazah kemudian dilanjutkan pemakaman di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada pukul 15.00 WIB.

Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved