Kisah Pilu Ani Yudhoyono Sebelum Meninggal, Menangis Saat Dirinya dan SBY Dituding dan Dicerca
Sebelum meninggal, istri Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY, Ani Yudhoyono sempat berurai air mata.
Penulis: Widia Lestari | Editor: Fidya Alifa Puspafirdausi
TRIBUNJABAR.ID - Sebelum meninggal, istri Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY, Ani Yudhoyono sempat berurai air mata.
Kondisinya yang sakit keras kerap dikaitkan terhadap kondisi politik yang tengah memanas.
Sejak menjalani pengobatan di Singapura, Ani Yudhoyono dan SBY kerap mendapatkan tudingan negatif dari pihak tertentu.
Tak hanya tudingan, pasangan suami istri itu bahkan mendapatkan cercaan.
Tudingan dan cercaan itu menyebut seolah-olah sakitnya Ani Yudhoyono cuma alasan bagi SBY untuk tak kampanye.
"Ada kalangan yang menuduh dan mencerca kami berdua bahwa seolah sakitnya Ibu Ani hanya jadi alasan buat SBY untuk tidak berkampanye," ujar SBY dalam video pidatonya yang di akun Youtube Demokrat TV.
Masalah tersebut membuat SBY sedih. Istrinya bahkan sampai menangis mengetahui semua tuduhan itu.

"Saya sungguh bersedih dan Ibu Ani harus meneteskan air matanya mendengarkan tuduhan itu," kata SBY.
Mantan presiden itu menceritakan, sebelum sang istri sakit keras, ia dan Ani Yudhoyono masih aktif kunjungan ke berbagai daerah.
• Ibu Ani Yudhoyono Kini Berusia 89 Tahun, Begini Kondisi Mertua SBY, Ada Fotonya dengan AHY
Kala itu, tepatnya lima hari sebelum Ani Yudhoyono divonis kanker darah, keduanya masih melakukan safari politik Partai Demokrat di Sumatera Utara.
Namun, setelah itu Ani Yudhoyono divonis mengidap kanker darah.
Mau tak mau, sebagai suami, SBY pun mendedikasikan seluruh waktunya untuk mendampingi sang istri yang sakit parah.
Hal itulah yang membuat dirinya tak bisa memimpin proses kampanye secara langsung untuk Pemilu 2019.
"Saya wajib mendampingi Ibu Ani. Akibatnya, justru di bagian paling menentukan di Pemilu 2019 ini tiga bulan terakhir masa kampanye saya dan Ibu Ani tidak bisa ikut berpartisipasi dan memimpin langsung kampanye Partai Demokrat," kata SBY.
Pada pesta demokrasi kali ini, SBY dan Ani Yudhoyono tak bisa segiat dulu berkampanye seperti saat Pileg dan Pilpres pada 2004 dan 2009, serta saat Pileg 2014.

SBY mengaku, dirinya dan sang istri sedih tak bisa terjun berkampanye.
Namun, keduanya mencoba tabah dan menerima ujian berat yang mereka hadapi.
• Ani Yudhoyono Beri Kabar Soal Penyakitnya Setelah Dikurung 3 Bulan, Perlakuan SBY Curi Perhatian
"Kami berdua sedih, tapi inilah takdir dan ujian dari Allah yang harus kami jalani dengan tabah," kata SBY.
Baginya, tahun ini merupakan tahun yang penuh ujian untuk keluarganya.
"Tahun 2019 merupakan tahun ujian bagi keluarga SBY, sebagaimana para kader ketahui, sudah empat bulan ini Bu Ani dirawat intensif di National University Hospital, di Singapura," ujarnya.
Selain itu, SBY pun memberikan pesan kepada pihak yang telah berani menuding dan mencerca keluarganya.
"Saya ingin menyampaikan kepada mereka yang suudzon dan berprasangka buruk seperti itu. Mungkin mereka adalah saudara kami," ujar SBY.
Ia berdoa, agar orang-orang yang berprasangka buruk itu tak mengalami penyakit serupa seperti yang diderita Ani Yudhoyono.
• SBY Sebut AHY di-Bully Secara Sadis dan Kejam Setelah Bertemu Jokowi: Jangan Atur dan Paksa Demokrat
SBY menyebut, semoga mereka tak merasakan penderitaan yang dirasakan istrinya akibat kanker darah.
"Di bulan suci Ramadhan ini, saya doakan agar yang bersangkutan dan keluarga yang disayanginya tidak mengalami penyakit kanker darah seperti yang diderita Ibu Ani, agar tak perlu merasakan penderitaan dan perjuangan hidup yang dijalani Ibu Ani setiap hari, siang dan malam," ujarnya.
AHY Jadi Sasaran Bully
Bully terhadap AHY merupakan buntut dari pertemuannya dengan Presiden Jokowi.
SBY mengaku, pertemuan putranya dengan presiden itu atas sepengetahuannya.
"Materi yang dibahas berkaitan dengan permasalahan bangsa dan negara. Sama sekali tak terkait dengan silang pendapat perhitungan suara di KPU," kata SBY.
Ia menegaskan, putranya menemui presiden bukan atas nama Partai Demokrat dan juga kubu paslon 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.
"Dalam pertemuan itu AHY tidak mewakili langsung Partai Demokrat dan tidak merepresentasikan kubu capres Prabowo Subianto," ujarnya.
Tak ada obrolan terkait jabatan atau jatah kursi di pemerintahan.
"Setelah pertemuan berlangsung AHY meympaikan ke saya bahwa substansi yang dibicarakan baik tak ada kaitannya dengan jabatan atau kursi apa pun di pemerintahan," kata SBY.
Namun, akibat pertemuan dengan Jokowi, AHY pun diserang.
SBY menyebut, AHY di-bully menggunakan kata-kata yang sadis dan kejam.
"Segera setelah pertemuan itu, saya tau AHY di-bully dengan kata-kata yang sadis dan kejam," ujarnya.
Walaupun putranya diserang, SBY tetap berpikir positif bahwa itu ujian untuk AHY yang baru berkiprah di dunia politik.
"Mungkin itu cara Tuhan Allah SWT untuk menggembleng seseorang yang baru masuk dalam dunia politik," kata SBY.
Namun, ketua umum Partai Demokrat itu sebenarnya mengetahui siapa yang berani menyerang pihaknya.
"Dari materi serangan yang dialamatkan pada kita, setelah pertemuan itu, sebenarnya kita tau dari mana serangan sengit itu berasal. Di situlah perbedaan kita dengan pihak tertentu itu," kata SBY.