Kenang Kerusuhan Mei 1998, Iwan Firman Diinjak-Injak Lalu Dibakar Hidup-hidup, Ditolong ''Pak Haji''
Ketika kerusuhan Mei 1998, Iwan Firman, mengalami peristiwa yang tak terlupakan dalam hidupnya. Ia diinjak-injak lalu dibakar hidup-hidup
TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA- Satu di antara korban tragedi kerusuhan Mei 1998, Iwan Firman, masih begitu jelas mengingat peristiwa yang menimpanya tepat 21 tahun lalu.
Ketika kerusuhan Mei 1998, Iwan Firman, mengalami peristiwa yang tak terlupakan dalam hidupnya.
Ia menjadi korban injak-injak banyak orang, disirami bensin, kemudian dibakar hidup-hidup.
Sekali waktu, lantaran frustrasi mengingat tragedi pada Mei 1998 itu, Iwan Firman sempat mencoba bunuh dini.
Pada peringatan Tragedi Peristiwa Mei 1998 di Mall Klender, Jakarta Timur, Senin (13/5/2019), Iwan Firman kembali menceritakan kisah tragis yang menimpanya pada 14 Mei 1998.
Saat itu, ia sedang perjalanan pulang menggunakan kendaraan bermotor. Ia dihadang oleh orang tak dikenal yang langsung memukulinya.
"Tepatnya di Jalan Letjend Suprapto, itu kan di depan motorku dihadang massa, dihadang sekitar 20 orang lalu helmnya disuruh buka lalu langsung diperlakukan seperti maling," kata Irwan Firman.
• Setahun Tragedi Bom Bunuh Diri Surabaya, Begini Nasib Anak-anak Para Bomber Kini
• Loyalis SBY Buka-bukan soal Suara Prabowo di Internal Partai Demokrat, Hasilnya Tak Buruk-buruk Amat

Iwan mengaku pasrah pada saat kejadian itu. Badannya diinjak-injak oleh 20 orang tersebut sehingga kuping dan mulutnya mengeluarkan darah.
Orang-orang tak dikenal itu juga menyiramnya memakai bensin yang berasal dari motornya.
"Dimandiin 1 tengki sudah saya dibakar. Seluruh badan. Padahal itu 5 liter baru diisi (bensin). Dimandiin 1 tengki bagaimana coba? Ini kalau bukan karena mukjizat saya enggak sampai hingga hari ini," ujarnya.
Iwan mengatakan, tak lama ketika dirinya dibakar, seorang warga yang dipanggilnya "Pak Haji" ikut membantu mengantarnya ke Rumah Sakit Islam Cempaka Putih.
Berkat bantuan "Pak Haji", Iwan Firman dirawat selama 3 bulan di rumah sakit itu.
"Teman-teman sekolah dulu SMP Kampung Melayu, aku kontak semua mereka datang dan melihat keadaanku. Pada saat itu, aku sudah terlihat seperti mayat pada pingsan mereka kaget," kata dia.
Iwan menceritakan pada waktu itu ia mendengar ada yang akan menghabiskan salah satu etnis. Dia mengatakan, fisiknya tak terlalu mirip dengan etnis yang dimaksud meski mengakui orang tuanya berasal dari Tiongkok.
• Jejak Digital Iwan Adi Sucipto si Penantang Kapolri Terungkap, Ternyata Ini Profesinya
• Komunitas Rumah Udunan di Bandung, Beri Makanan Gratis di Bulan Puasa Hingga Advokasi Orang Sakit
"Aku tidak terlihat seperti Cina aku kan Manado aku tidak sipit kan, bapak ibu asli dari Tiongkok dari Cina semua anak-anaknya itu sudah kelahiran Indonesia," tuturnya.
Iwan mengatakan, saat ini dirinya tinggal sendiri dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dibantu oleh tetangga di sekitar rumahnya.
Ia pernah merasa frustasi dan ingin bunuh diri, namun hal itu digagalkan.
"'Lalu ada yang bilang 'Jangan begitu bang kan kita sudah saudara'. Penjaga pintu kereta api mengatakan seperti itu. Saya bilang 'udah lepasin aja,' terus dia bilang 'Jangan. Tidak bisa kita kan sudah saudara,' habis itu saya diantar pulang sambil dinasehati," ucapnya.
Iwan pun berharap pemerintah memperhatikan korban kerusuhan Mei 1998 serta keluarga korban.
Selain itu, ia mengaku ingin bertemu dengan Presiden Joko Widodo.
"Kalau ada yang dampingin ketemu Jokowi aku beberin semua. Kalau ada yang mendampingi aku siap, aku mau ceritain selama ini aku blangsat seperti ini," katanya. (Haryanti Puspa Sari)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Memori Kelam Iwan di Kerusuhan Mei 1998, Dikeroyok hingga Dibakar Hidup-hidup"