Pemprov Jabar Usul Stasiun Cimekar Digeser, Berkaitan LRT Penyambung Kereta Cepat, Ini Lokasinya
Pemprov Jabar usulkan Stasiun Cimekar digeser. Berkaitan dengan LRT penyambung kereta cepat Jakarta-Bandung. Ini lokasi anyarnya.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: taufik ismail
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pemerintah Provinsi Jabar merencanakan pergeseran Stasiun Kereta Api Cimekar di kawasan Gedebage, Kota Bandung, untuk penyediaan sarana Light Rail Transit (LRT) penyambung Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Tegalluar ke Stasiun Bandung.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan Stasiun Cimekar yang selama ini digunakan oleh kereta api Bandung Raya dan kereta lokal lainnya, rencananya digeser ke depan Masjid Al Jabbar.
Hal ini untuk menyediakan akses ke masjid yang tengah didirikan di atas danau tersebut dan akses ke Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Tegalluar.
"Kami membahas percepatan rencana kereta api cepat, laporan terakhir, Juni 2021 akan selesai. Jalur penyambungnya LRT dari Tegalluar ke Kota Bandung juga nanti kami kebut supaya bisa dipilih teknologinya jalannya seperti apa," kata pria yang akrab disapa Emil ini di Gedung Sate, Senin (6/5/2019).
Emil mengatakan akan ada stasiun khusus untuk LRT ini dan pihaknya sudah minta izin kepada Kementerian Perhubungan untuk menggeser Stasiun Cimekar ke depan Masjid Al Jabbar.
"Jadi orang nanti bisa ke masjid lewat kereta, keluar kereta jalan kaki ke Masjid Al Jabbar yang ada danau kecilnya, kira-kira begitu. Ini juga akan kami bahas bagian dari jalur LRT," katanya.

Emil mengatakan secara teknis belum mengetahui apakah menggunakan kereta yang ada dengan mengkoneksi dari jalur kereta itu atau membuat jalur khusus. Teknologi keretanya pun belum dibahas mendalam.
"Ada ada opsi daripada bikin jalur baru, mending manfaatkan aja jalur kereta. Kan, tinggal di-connect ke depan masjid, dari situ ke Kebon Kawung ke pusat Kota Bandung. Belum tahu pasti rel keretanya," katanya.
Mengenai reaktivasi jalur kereta api, katanya, jalur yang sedang direaktivasi dan segera dioperasikan tahun ini adalah jalur Cibatu-Garut. Baru selanjutnya reaktivasi jalur Rancaekek-Tanjungsari.
"Updatenya yang Garut sudah mau selesai tahun ini. Jadi tinggal Jatinangor, kemudian Banjar-Pangandaran. Dan yang paling menantang tentunya adalah jalur dari Bandung ke Ciwidey," katanya.
Terlihat dari hasil survei dan pemetaan, katanya, memang di atas jalur Bandung-Ciwidey sudah dibangun pabrik, toko, dan rumah. Hal ini kian menyulitkan reaktivasi jalur tersebut.
"Dan bangunan macam-macam mengambil jalur eksisting. Ada wacana pembebasan atau jalur elevated. Sedang dibahas itu juga, selesai tahun ini," katanya.
Sekda Jabar Iwa Karniwa mengatakan pembangunan sistem LRT atau teknologi kereta lainnya dari Tegalluar ke Stasiun Bandung ini harus dikaji mendalam. Jangan sampai setelah jadi, malah menimbulkan masalah keuangan seperti yang terjadi pada LRT di Sumatera Selatan.
"Dari hasil rapat sementara ini dan beberapa kajian, dan juga pengalaman yang terjadi di Sumatera Selatan itu ternyata menimbulkan beban biaya yang cukup signifikan sehingga menjadi beban APBN maupun APBD. Oleh karena itu di sini didasarkan kajian, dimungkinkan nanti teknologi dan juga kecepatan dan lain sebagainya Itu bisa memungkinkan," katanya.
Jalur Tegalluar-Stasiun Bandung ini, katanya, hanya satu dari delapan rute LRT yang akan dibangun.