Hari Ini 16 April Dirgahayu Kopassus, Ini Sosok Idjon Djanbi Peletak Dasar Pasukan Komando Khusus
Di tengah kehidupan rukun bersama keluarga kecilnya, tiba-tiba ada seorang utusan penting bertamu ke rumahnya, pada 1951.
Tentu, ditunjuknya Idjon Djanbi ini bukan keputusan asal-asalan.
Pasalnya, rekam jejak Idjon Djanbi tak bisa dianggap remeh. Sepak terjangnya di dunia militer sebelumnya, tak main-main.
Ia pernah menempuh pendidikan komando di Pantai Skotlandia yang tandus, dingin, dan tak berpenghuni.
Beragam pelatihan pun digelutinya, seperti berkelahi, menembak dari persembunyian, berkelahi dalam tangan kosong, dan membunuh tanpa senjata.
Idjon Djanbi pun mendapatkan baret hijau dari atau brivet Glinder.
Sementara itu, ia pun pernah menyandang baret merah ketika menjadi pasukan komando Kerajaan Inggris legendarais, Special Air Service.
Selain itu, ia bahkan mengikuti sekolah perwira dan mendapatkan lisensi penerbang PPL-I dan PPL-II.
Melihat perjalanan karirnya ini, tak heran ia dipercaya membentuk pasukan secara perdana di Indonesia.
Namun, hal itu tak berlangsung lama. TNI AD menginginkan komandan orang asli Indonesia.
Akhirnya Idjon Sjanbi pun dipindahkan ke posisi yang tak terlibat dengan pelatihan komando, yakni menjadi koordinator staf pendidikan di Inspektorat Pendidikan dan Latihan.
Namun, ia pada akhirnya meminta pensiun dini. Idjon Djanbi pun mendapatkan penghargaan berupa jabtan untuk menjadi kepala perkebunan milik pihak asing yang sudah dinasionalisasikan.
Kemudian, ia pun memilih menjadi pengusaha di bidang wisata.
Kisah Cinta Terapis Cantik Berakhir Tragis, Dibunuh karena Cemburu, Ini Deretan Fakta-faktanya
Idjon Djanbi terjun pada bisnis penyewalaan bungalow di kawasan Kaliurang, Yogyakarta.
Menjalani masa tua sambil berbisnis, Idjon Djanbi pun sempat terkapar di rumah sakit.
Setelah operasi usus buntu, usu besarnya malah bermasalah sehingga ia meninggal, pada 1 April 1977, di Yogyakarta.
Namun, hari kematiannya tak mendapatkan perhatian khusus.
Jenazahnya disemayamkan tanpa upacara pemakaman secara militer.
Hal ini disebabkan kematiannya di Yogyakarta, membuat pihak berwenang alpa.
Alhasil, Bapak Kopassus Indonesia ini diantar ke liang lahat, tanpa adanya tembakan salvo, khas pemakaman bergaya militer.