Hari Kartini, Kiprah Kartini Semasa Hidup, Tak Lepas dari Sosok Ibu dan Situasi Pada Masa Itu

Siapa yang tak kenal dengan sosok RA Kartini? Kartini adalah sosok perempuan pahlawan dan merupakan pelopor kebangkitan perempuan pribumi.

Penulis: Resi Siti Jubaedah | Editor: Ichsan
ISTIMEWA
RA Kartini 

Dalam suratnya, Kartini dapat bercerita tentang kondisi perempuan seperti dirinya yang merasa terkekang, bahkan tanpa bisa memilih masa depannya sendiri.

Kartini pun bercerita mengenai banyak hal, tentang bangsanya yang menderita karena penjajahan, keresahannya mengenai agama, hingga kepeduliannya akan pendidikan.

Sejumlah buku pun dibahas Kartini bersama Stella dalam surat-suratnya. Misalnya saja, untuk bercerita mengenai kondisi mengenaskan Bumiputera yang dijajah, Kartini mengambil buku Max Havelaar yang ditulis Multatuli sebagai referensi.

PERINGATI HARI KARTINI - Sejumlah siswa bersiap mengikuti peragaan busana daerah di SD Negeri Lengkong Kecil, Jalan Lengkong Kecil, Kota Bandung, Selasa (21/4/2015). Selain peragaan busana, kegiatan dalam rangka memperingati Hari Kartini yang diperingati setiap 21 April tersebut juga diisi dengan lomba baca puisi yang diikuti semua siswa.
PERINGATI HARI KARTINI - Sejumlah siswa bersiap mengikuti peragaan busana daerah di SD Negeri Lengkong Kecil, Jalan Lengkong Kecil, Kota Bandung, Selasa (21/4/2015). Selain peragaan busana, kegiatan dalam rangka memperingati Hari Kartini yang diperingati setiap 21 April tersebut juga diisi dengan lomba baca puisi yang diikuti semua siswa. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Berkat Ovink-Soer juga Kartini mengenal gerakan feminisme di Belanda sejak usia 20 tahun. Selain itu, dalam suratnya, isu pendidikan pun menjadi bahasan penting dalam surat-surat Kartini.

Kartini menuntut perempuan untuk dapat pendidikan. Ini dilakukan, menurut Kartini, bukan untuk menyaingi laki-laki.

Namun, Kartini memahami bahwa perempuan dikodratkan menjadi ibu, dan ibu merupakan pendidik pertama untuk tiap manusia. Alasan itulah yang dinilai Kartini perlunya perempuan mendapat pendidikan.

Menelusuri Kolam Renang Berglust dan Hotel Emma di Cimahi, Tempat Bersejarah Peninggalan Belanda

Saat itu ia ditemui oleh Mr JH Abendanon, Direktur Departemen Pendidikan Hindia Belanda, dan Nyonya Abendanon.

Mr Abendanon adalah penganjur politik etis di Indonesia dan khusus menemui Kartini untuk mengetahui pemikirannya.

Pemikiran Kartini tersebut telah dikenal dan diperbincangkan di kalangan orang-orang Belanda. Usulan Kartini jelas saat itu, pendidikan untuk para perempuan hingga kejuruan.

Cara menulis Kartini yang indah dan progresif, membuat ide-ide dari Kartini banyak didengar para pejabat dan bangsawan Belanda.

Sehingga, Kartini dan Roekmini akhirnya mendapat beasiswa dari Menteri Idenburg untuk bisa sekolah di Netherland.

Jika Kartini bersekolah di Belanda, maka ia akan makin dekat lagi dengan para sahabatnya, misalnya Stella dan keluarga van Kol. Terlebih lagi, disana juga Kartini bisa dekat dengan kakaknya, Kartono.

Namun, mimpi itu akhirnya direnggut oleh kedatangan Mr Abendanon berikutnya. Kedatangannya agar membujuk Kartini untuk mengurungkan niat belajar di Belanda.

Mr Abendanon juga menjanjikan agar belajar di Batavia saja. Selain lebih dekat, keluarga Kartini ternyata juga lebih mendukung ide itu.

Gagalnya Kartini menimba ilmu di Eropa, berakibat pada kehidupan Kartini berikutnya yang serba murung.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved