MasterChef Indonesia
Chef Juna 12 Tahun Berkarier di Amerika, Tak Pulang-pulang, Lalu Kembali ke Indonesia karena Ini
Bicara soal Masterchef Indonesia, tentu saja tak bisa lepas dari sosok Chef Juna atau Junior Rorimpandey.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID - Bicara soal Masterchef Indonesia, tentu saja tak bisa lepas dari sosok Chef Juna atau Junior Rorimpandey.
Tak dapat dipungkiri lagi, Chef Juna atau Junior Rorimpandey yang pada Masterchef Indonesia season 5 kembali didapuk jadi juri, adalah salah satu faktor yang bikin kompetisi memasak itu begitu disukai penonton layar kaca.
Pada setiap kesempatan jadi juri Masterchef Indonesia, Chef Juna atau Junior Rorimpandey selalu tampil dengan karakter khasnya, yaitu tegas dan kerap berkomentar 'pedas'.
Sebelum jadi juri Masterchef Indonesia, rupanya, Chef Juna atau Junior Rorimpandey lebih banyak mengembangkan kariernya di dunia kuliner di Ameria Serikat.
Dari tahun 1998 sampai 2009, Chef Juna telah malang melintang di beberapa restoran, dari sebagai pramusaji hingga chef di restoran Jepang bernama Miyako di Houston, kemudian berpindah ke restoran Jepang nomor 1 di Houston Texas yang bernama Up Town Sushi, lalu pindah lagi ke restoran Perancis.
Akhirnya, Chef Juna mencapai posisi tertinggi dalam karier memasaknya, yaitu eksekutif chef di tahun 2009.
Lantas, apa yang membuat Chef Juna memutuskan untuk berkarier di Indonesia?
• Profil Daniar Widyana, Peserta MasterChef Indonesia Season 5 yang Lolos Berkat Chicken Supreme
Chef Juna bercerita, alasannya untuk berkarier di Indonesia muncul ketika dia memutuskan untuk liburan ke Indonesia.
Ya, saat itu Chef Juna yang sudah jadi US Resident Green Card Holder, memutuskan untuk pulang ke Indonesia setelah 12,5 tahun di Amerika Serikat tak pulang-pulang.
"Jadi ceritanya gini, saya di Amerika pada saat itu 12,5 tahun tidak pulang-pulang. Akhirnya saya (memutuskan) liburan ke tanah air, liburan ke Indonesia selama 3 bulan."
"Saya melihat FNB (food and beverage industry: industri kuliner) di Jakarta dan Bali sangan berbeda dengan FNB industry di luar sana," ujar Chef Juna, dalam video yang diunggah di akun Youtube NOVA, 18 November 2018, dikutip TribunJabar.id pada Sabtu (23/3/2019).
Di Amerika Serikat, lanjut Chef Juna, masyarakat memutuskan pergi ke restoran untuk makan makanan yang dibuat oleh chef-nya.
Hal itu berbeda dengan di Indonesia, di mana masyarakat pergi restoran yang nyaman untuk dijadikan tempat 'nongkrong'.
• MasterChef Indonesia, Sajian Nasi Perang Ayam Kuah Santan Daniar yang Terburuk, Untung Tak Pulang
"Di sini hanya karena tempatnya enak untuk nongkrong, ya makanan hanya jadi secondary (pilihan kedua). Karena restoran (di Indonesia, kebanyakan) makanannya itu itu saja," ujar Chef Juna.
Chef Juna mengatakan, biasanya restoran di Indonesia kebanyakan menyajikan makanan nasi goreng dan sop buntut.
Bukan bermaksud untuk menghina nasi goreng dan sop buntut, Chef Juna mengatakan, menu itu sebenarnya bisa ditemukan di kaki lima dan bahkan rasanya lebih enak.
Termasuk Chef Juna pun suka makan makanan nasi goreng dan sop buntut enak di kaki lima.
"(Jadi) mereka cari tempat nongkrong bukan nyari hidangan sesuatu yang belum pernah atau karya chef atau tim kitchen (dapur) inti," katanya.
Akhirnya, beberapa bulan kemudian, setelah Chef Juna kembali ke Amerika Serikat, ada pihak yang menghubunginya.
Pihak yang disebut Chef Juna sebagai 'grup' itu, ingin membangun restoran dengan konsep yang sesuai dengan FNB industry di Amerika Serikat.
"(Mereka) ingin membangun restoran, dengan iming-iming, mereka sebagai owner (pemilik) di belakang layar, saya ditonjolkan sebagai chef-nya, dan ada Mr Carsen sebagai kepala bartendernya," ujar Chef Juna.
Mendapatkan tawaran itu, Chef Juna mengaku merasa 'tergerak'.
Dia bahkan menilai, tawaran tersebut bagus.
• Chef Juna Jengkel kepada Peserta MasterChef Indonesia Ini: Ngapain Kamu Ikutan, Tidur Aja di Rumah!
"Akhirnya saya bangun restoran dari nol, semua seperti FNB di luar sana," ujar Chef Juna.
Restoran yang dimaksud Chef Juna adalah Jack Rabbit yang berada di kawasan Kuningan.
Dikatakannya, Jack Rabbit langsung meraih popularitas dan kesuksesan di tahun pertamanya.
"Tahun pertama sangat sukses. Jack Rabbit, pada tahun 2010 boleh dibilang nomor satu di Jakarta, paling ramai, di Kuningan," ujarnya.
Saking ramainya, kata Chef Juna, kitchen atau dapur yang harusnya tutup pukul 23.00 WIB, jadi harus tutup pukul 01.30 WIB.
Padahal, seharusnya kitchen tutup di jam yang telah ditentukan dan berganti menyediakan menu yang lebih kecil atau snack saja.
"Tapi karena orang tetap datang kita selalu kitchen dibikin buka sampai setengah dua," ujar Chef Juna.
Di akhir wawancara dalam video itu, Chef Juna sempat mengatakan, situasi FNB industry di Bali berbeda dengan di Jakarta.
Di Bali, kata dia, orang-orang lebih suka datang ke restoran karena memang ingin mencicipi makanan yang dibuat dari chef-nya.
"Di Bali orang ke restoran karena ingin mencicipi makanan chef-nya. Tapi sayang, yang seperti itu orang-orang luar," kata Chef Juna.