MasterChef Indonesia

Chef Juna 12 Tahun Berkarier di Amerika, Tak Pulang-pulang, Lalu Kembali ke Indonesia karena Ini

Bicara soal Masterchef Indonesia, tentu saja tak bisa lepas dari sosok Chef Juna atau Junior Rorimpandey.

Penulis: Yongky Yulius | Editor: Ravianto
KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBEL
Junior Rorimpandey atau lebih dikenal dengan chef Juna berpose di Restoran Correlate Kuningan, Jakarta, Rabu (21/6/2017). 

Bukan bermaksud untuk menghina nasi goreng dan sop buntut, Chef Juna mengatakan, menu itu sebenarnya bisa ditemukan di kaki lima dan bahkan rasanya lebih enak.

Termasuk Chef Juna pun suka makan makanan nasi goreng dan sop buntut enak di kaki lima.

"(Jadi) mereka cari tempat nongkrong bukan nyari hidangan sesuatu yang belum pernah atau karya chef atau tim kitchen (dapur) inti," katanya.

Akhirnya, beberapa bulan kemudian, setelah Chef Juna kembali ke Amerika Serikat, ada pihak yang menghubunginya.

Pihak yang disebut Chef Juna sebagai 'grup' itu, ingin membangun restoran dengan konsep yang sesuai dengan FNB industry di Amerika Serikat.

"(Mereka) ingin membangun restoran, dengan iming-iming, mereka sebagai owner (pemilik) di belakang layar, saya ditonjolkan sebagai chef-nya, dan ada Mr Carsen sebagai kepala bartendernya," ujar Chef Juna.

Mendapatkan tawaran itu, Chef Juna mengaku merasa 'tergerak'.

Dia bahkan menilai, tawaran tersebut bagus.

Chef Juna Jengkel kepada Peserta MasterChef Indonesia Ini: Ngapain Kamu Ikutan, Tidur Aja di Rumah!

"Akhirnya saya bangun restoran dari nol, semua seperti FNB di luar sana," ujar Chef Juna.

Restoran yang dimaksud Chef Juna adalah Jack Rabbit yang berada di kawasan Kuningan.

Dikatakannya, Jack Rabbit langsung meraih popularitas dan kesuksesan di tahun pertamanya.

"Tahun pertama sangat sukses. Jack Rabbit, pada tahun 2010 boleh dibilang nomor satu di Jakarta, paling ramai, di Kuningan," ujarnya.

Saking ramainya, kata Chef Juna, kitchen atau dapur yang harusnya tutup pukul 23.00 WIB, jadi harus tutup pukul 01.30 WIB.

Padahal, seharusnya kitchen tutup di jam yang telah ditentukan dan berganti menyediakan menu yang lebih kecil atau snack saja.

"Tapi karena orang tetap datang kita selalu kitchen dibikin buka sampai setengah dua," ujar Chef Juna.

Di akhir wawancara dalam video itu, Chef Juna sempat mengatakan, situasi FNB industry di Bali berbeda dengan di Jakarta.

Di Bali, kata dia, orang-orang lebih suka datang ke restoran karena memang ingin mencicipi makanan yang dibuat dari chef-nya.

"Di Bali orang ke restoran karena ingin mencicipi makanan chef-nya. Tapi sayang, yang seperti itu orang-orang luar," kata Chef Juna.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved