Mengenang Letjend Witarmin, Danjen Kopassus yang Dibuatkan Patung di Blitar Selatan

Keberhasilan Witarmin pada Operasi Trisula membuatnya naik singgasana menjadi komandan Kopassus.

Editor: Ravianto
Kolase Tribun Jabar (Wikipedia)
Letnan Jenderal Witarmin, mantan Komandan Kopassus yang menjadi kunci keberhasilan operasi bersejarah, yakni Operasi Trisula. 

TRIBUNJABAR.ID - Di antara berbagai operasi bersejarah penumpasan pemberontak Gerakan 30 September 1965, ada satu operasi yang dikenang masyarakat Blitar Selatan, yakni Operasi Trisula.

Operasi Trisula dipimpin oleh Letnan Jenderal Witarmin yang kala itu masih berpangkat kolonel.

Keberhasilan Witarmin pada Operasi Trisula membuatnya naik singgasana menjadi komandan Kopassus.

Kala itu, pasukan elite Kopassus masih bernama RPKAD.

Sekitar lima tahun, Witarmin memimpin anggota Kopassus, yakni sejak 1970.

Hal ini tak lepas dari sepak terjangnya sebagai komandan Brigif Linud/18 Trisula.

Setelah pemberontakan Gerakan 30 September 1965, Witarmin pun ditugaskan memimpin Operasi Trisula itu di Blitar Selatan.

Ia memimpin pasukan untuk menumpas sisa-sisa pemberontak Gerakan 30 September yang bersembunyi ke kawasan Blitar Selatan.

Dilansir Tribunjabar.id dari Kompas, ada tempat bersejarah yang menjadi pelarian para pemberontak.

Tempat itu adalah goa yang bernama di Desa Tumpak Kepah, Bakung, Blitar Selatan.

Goa tersebut dikenal warga setempat bernama Mbultuk.

Goa itu menjadi tempat terkenal di Blitar Selatan karena menjadi tempat persembunyian orang-orang yang diincar pasukan Witarmin.

Penumpasan pasukan Witarmin terhadap para pemberontak pun membuat sosoknya dikenang warga Blitar Selatan.

Di sana dibuatkan patung Kolonel Inf Witarmin.

Tak hanya itu, untuk mengenang Operasi Trisula yang bersejarah itu dibangun pula Monumen Trisula.

Diolah Tribun Jabar dari berbagai sumber, hingga kini masyarakat dan mahasiswa di sana disebut kerap melakukan napak tilas dan renungan suci di Monumen Trisula.

Keunggulan Witarmin di dunia militer tak lepas dari kehidupan masa mudanya.

Jenderal kelahiran Kutorejo, Kertasono, Jawa Timur ini kerap ikut bertempur bersama teman-temannya untuk melawan penjajah.

Kemudian, Witarmin pun sempat menjadi kapten pasukan Pembela Tanah Air (PETA) pada 1942.

Kini, sosoknya tinggal kenangan. Witarmin yang lahir pada 1929 itu wafat pada 9 Juli 1987, saat berusia 58 tahun.

 Slamet Riyadi, Pelopor Pembentukan Kopassus, Sosok Melegenda Penggempur Penjajah dan Pemberontak

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved