Avicena Van Dago, Penyakit Kanker Sembuh Tanpa Operasi dan Kemoterapi
Klinik Utama CMI yang dikenal sebagai Avicenna van Dago, menggali dalil pengobatan yang dipelajarinya dari lembaran-lembaran Canon of Medicinae
Penulis: Kemal Setia Permana | Editor: Kisdiantoro
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Penyakit kanker, gagal ginjal, diabetes, dan jantung selama ini menjadi penyakit yang mematikan.
Penykait ini bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja tanpa batas waktu dan usia. Saat terkena cobaan penyakit, sebagian dari mereka mampu disembuhkan oleh pengobatan konvensional dengan biaya yang teramat besar.
Namun tidak sedikit dari mereka yang tak mampu lepas dari penyakit ini dan sulit disembuhkan sehingga akhirnya mereka pasrah dengan penyakit yang dideritanya.
Jika memang Anda menderita penyakit-penyakit yang sulit disembuhkan ini, maka Klinik Utama CMI menjadi salah satu rekomendasi jalan keluarnya.
Klinik Utama CMI yang terletak di Jalan Tubagus Ismail VII No21, Kota Bandung, menyediakan sistem medis yang mampu menjadi jalan keluar bagi Anda yang mengalami sulit sembuh dari penyakit-penyakit ini.
Selain mengadopsi sistem medis barat (moderen/ konvensional), Klinik GR CMI menyediakan juga sistem medis Persia yang mengambil langsung dari ajaran Ibnu Sina. Siapa yang tak kenal Ibnu Sina?
Belum lama ini, Google menaruh sketsa gambar Ibnu Sina (hidup sekitar 1000 tahun silam) sebagai ikon pencari data bagi pengguna di Inggris Raya.
Alasannya, ibnu sina “ is a man of the word” atau seorang manusia milik dunia. Generasi milenial Inggris yang saban harinya hidup bersama Google pun sontak binggung dan bertanya siapakah sosok gaek bersorban dan berjenggot itu ?

Ibnu Sina lahir pada tahun 980M di Bukharah (Usbekistan) dengan nama lengkap Abu Ali al-Husayn bin Abdullah bin Sina. Ia berkelana sambil berkarya di berbagai negeri sekitar Persia dan wafat pada tahun 1037 di iran. Semasa hidupnya dia diminta menyembuhkan para sultan, ratu, anak raja dan pangeran pewaris tahta di berbagai negeri Persia.
Meski sangat mendalami al-quran dan menguasai ilmu fiqih tetapi dunia lebih mengenal Ibnu Sina sebagai seorang ilmuwan tulen dengan pemikiran moderen. Dia seorang filsuf dan fisikawan murni yang meyakini bahwa jagat raya dan semua mahluk bisa ada karena berpusat pada sang pencipta.
Nama Ibnu Sina mulai terkenal ketika di usia 17 tahun berhasil menyembuhkan penyakit yang diderita raja Bukhorah, Nur Ibnu Mansyur.
• 5 Cara Berhenti Merokok Menurut Praktisi Kesehatan, dari Menggunakan Aplikasi hingga Obat Khusus
Sebagai imbalannya ia meminta ijin menggunakan perpustakaan kerajaan dan dari situlah dia mendalami dan menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan di bidang logika fisika, matematika dan metafisika.
Ibnu Sina telah menularkan sekurangnya 250 tulisan ilmiah dan membuahkan beberapa buku yang terkenal sampai saat ini. Bukunya mengenai pengobatan yang paling dicari ialah al-Qanun Fil-tibb. Diterjemahkan barat menjadi The Book of Healing atau The Canon Medicinae sekaligus menggeja nama Ibnu Sina menjadi Avicenna. Nama ini paling banyak dikenal di dunia usaha sebagai brand dalam bisnis pelayanan kesehatan sekarang ini.
Di dunia medis, Ibnu Sina dikenal sebagai pemikir, penemu dan praktisi yang luar biasa. Berjilid-jilid buku pengobatan tulisannya dijadikan pegangan atau textbook oleh dunia barat hingga abad ke-17.
Tokoh kedokteran moderen yang lahir 6 abad sesudah Ibnu Sina, Sir William Osler menilai Avicenna adalah seorang penulis texbox medis paling brilian yang pernah dilahirkan dunia. Ini pun diakui oleh Nicholas of poland (1235-1316) yang menyebut hasil karya Ibnu Sina telah menjalani pembuktian empiris yang terandalkan secara konsisten.
Tak terbilang ilmuan medis barat yang muncul jauh sesudah ibnu sina ikut mengagumi hasil karya Ibnu Sina. Tak berlebihan bila Ibnu Sina atau Avicenna mendapat julukan “Bapak Kedokteran”. Ucla dan Yale Univercity (USA) masih menggunakan buku Ibnu Sina sebagai bahan pelajaran sejarah medis sampai saat ini.
• Terong Ungu Punya Banyak Manfaat untuk Kesehatan, Dikenal Juga Sebagai Sahabat Pria Dewasa
Sejarah kedokteran mengakui Ibnu Sina orang pertama yang menggambarkan anatomi tubuh manusia dan menguraikan sistem peredaran darah dalam tubuh. Selama penelitiannya dia telah mengidentifikasi 760 jenis alam yang dapat diolah menjadi obat.
Pengobatan ala Ibnu Sina kemudian diadopsi oleh Klinik Utama CMI yang ada di kawasan Dago, Bandung. Seorang anak bangsa yang telah tekun bertahun-tahun mempelajari rumus pengobatan ala ibnu sina mampu meramu jenis-jenis ekstrak bahan alami menjadi formula pengobatan berkhasiat baik.
Klinik Utama CMI yang dikenal sebagai Avicenna van Dago, menggali dalil pengobatan yang dipelajarinya dari lembaran-lembaran Canon of Medicinae (sebutan versi Perancis) sembari melakukan serangkaian eksperimen trial and error sebelum terjun sebagai praktisi pengobatn kepada masyarakat yang membutuhkan. Kini sesudah lebih dari 10 tahun melayani pasiennya, Ibnu Sina dari Bandung semakin percaya diri dan yakin akan kemampuan formula berbasis bahan hayati sesuai ajaran Avicenna itu.
Keyakinannya didukung fakta empiris dimana banyak pasiennya yang sudah divonis sulit tertolong akhirnya bisa pulang ke rumah dengan tersenyum.
Tidak berlebihan bila berbagai kalangan menilai jenis pengobatan jenis ini patut menjadi pilihan masyarakat sebagai komplemeter pelayanan kesehatan yang sudah ada. Spectrum khasiatnya juga meluas dari pengobatan diabetes, kanker , gagal ginjal sampai keluhan jantung. Ini dibuktikan oleh seorang pasien bernama Elis Rokayah yang mengidap penyakit kanker dan sembuh dengan metode Ibnu Sina dari Klinik CMI ini.
“Akhirnya saya bisa tersenyum kembali di tengah keluarga dan kerabat,“ tutur Elis. Menurut Trisna Sanubari dari pihak Klinik Utama CMI, jauh sebelum dunia modern menemukan cara medis melalui ilmu kedokteran yang kini disebut pengobatan konvensional, umat manusia sudah lebih dahulu mengenal sumber daya hayati sebagai obat-obatan yang mujarab. Medis moderen boleh ada tetapi pengobatan tradisional tidak boleh hilang.
"Metode tradisional secara empiris telah mencatat banyak keberhasilan. Karenanya dunia kesehatan patut berterimakasih kepada pemerintah sebagai wasit yang bijaksana menyusul keluarnya kebijakan yang telah memberi posisi pada pegobatan komplemeter terintrigasi berdampingan setara dengan medis konvensional di dalam sisten pelayanan kesehatan kita. Pemerintah memahami kearifan lokal harus diangkat dan dilindungi," kata Trisna.
Menurut Trisna, perhatian pemerintah itu mendorong semangat CMI untuk semakin meningkatkan pelayanan dan pengapdian kepada masyarakat.
Terlebih, sudah 10 tahun CMI melayani ribuan pasien kanker berbasis metodologi Ibnu Sina yang memberikan hasil yang sungguh yang membanggakaan.
"Dengan rasa haru kami menyaksikan hadirnya kembali kebahagiaan mereka yang sempat hilang direnggut penyakit mematikan itu. Kini setelah kanker lenyap senyum senyum itu bersemi lagi ditengah keluargganya," ujarnya.
Nah bila Anda sudah divonis kanker, diabetes, gagal ginjal dan serangan jantung, maka jangan lagi merasa galau. Masalah itu bisa dikonsultasikan ke CMI di Jalan Tubagus Ismal VII No. 21, Bandung, Telepon 022-2351000,
"Kami memberikan solusi untuk berbagai jenis kanker, tanpa bedah, tanpa kemoterapi, juga keluhan jantung tanpa ring, tanpa by-pass," katanya. (adv/kemal setia permana)