Ombak Tsunami Menghantam, Ifan Seventeen Kehabisan Napas & Hilang Harapan: Inilah Rupanya Gue Mati
Bencana tsunami Selat Sunda itu memakan korban yakni istri Ifan Seventeen, Dylan Sahara, dan personel band Seventeen lainnya.
Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Ravianto
Saat situasi tersebut, Ifan Seventeen mencoba untuk tetap bertahan hidup.
Ia meronta agar tidak dijadikan 'pelampung' bagi orang lain.
Akhirnya Ifan Seventeen menemukan alat untuk membantunya tetap mengapung.
Ia melihat meja bulat restoran yang tinggal sebelah.
"Jadi gue pegang itu (meja) tiba-tiba sebelah narik badan. Gue ngomong gini, 'Mas, jangan tarik badan saya, tarik mejanya. kalau tarik badan saya kita mati'. Terus mas ini masih bisa pakai akal sehat, megang mejanya," ucap Ifan Seventeen
Namun, meja tersebut hanya bisa dipakai untuk menopang satu orang.
Begitu dipakai untuk dua orang, meja tersebut tenggelam.
"Di depan datang lagi, makin tenggelam. Masuk lagi (ke dalam air)," katanya.
Setelah kembali tenggelam, Ifan Seventeen hilang harapan untuk hidup.
Apalagi badannya sudah letih karena kepayahan berusaha untuk tetap mengapung.
"Sudah yang pertama bisa survive (bertahan), yang kedua (bisa), yang ketiga punya harapan, meja itu, akhirnya tenggelam kan capek."

Saat badannya semakin jatuh ke dalam laut, Ifan Seventeen pasrah dan berserah diri kepada Allah SWT.
"Ya Allah, ini rupanya, inilah rupanya gue mati. Karena sudah enggak ada harapan," katanya.
Ifan Seventeen merasa peluang dirinya hidup sangat kecil walaupun ia sudah berusaha agar tidak menelan air.
"Karena kalau minum air laut, badan manusia akan rusak dan mati. Kalau pun memang kita pingsan, semua lubang di tubuh otomatis akan menutup. Kita punya waktu 15 menit sampai akhirnya badan kita enggak kuat, air laut dan mati," ujarnya.