Buaya Sepanjang 4 Meter Peliharaan WN Jepang Terkam Manusia di Tomohon
Kasubag Humas Polres Tomohon, Ipda Johny Kreysen, mengatakan pihaknya belum menerima hasil otopsi terhadap korban.
TRIBUNJABAR.ID, TOMOHON - Polres Tomohon masih menuggu hasil autopsi jenazah Deasy Tuwo (44), korban tewas dimakan buaya, Desa Ranowangko, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa pada pada Jumat (11/1/2019)
Kasubag Humas Polres Tomohon, Ipda Johny Kreysen, mengatakan pihaknya belum menerima hasil otopsi terhadap korban.
"Saat ini kami belum dapat hasil autopsi, masih lakukan pengembangan untuk kasus ini," kata Kreysen.
"Ada tim mengarah ke Ternate, diduga WN Jepang itu ada di Ternate. Bantu kami juga pihak polisi untuk mengungkap kasus ini," katanya.
Apakah dibunuh atau tidak, pihaknya masih lakukan pengembangan kematian Deasy Tuwo.
"Polres Tomohon dibantu oleh Polda Sulut untuk ungkap kasus ini," pungkasnya.

Penyelidikan Terhambat
Polda Sulut menegaskan, terkait kasus buaya makan manusia, penyidik tidak boleh berasumsi.
"Kita kerja sesuai fakta yang ditemukan dan teknis penyidikan tidak bisa diekspose karena merupakan info yang dikecualikan," kata Kombespol Ibrahim Tompo Kabid Humas Polda Sulut, Rabu (16/1/2019).
Dia mengatakan kasus yang ditangani oleh Polres Tomohon, akan disampaikan progres dan perkembangannya kepada publik maupun media massa.
Dirinya menyayangkan pemberitaan di media terkait kasus tersebut yang memuat diduga kematian korban karena dibunuh.
Kata Tompo hal itu membuat proses penyidikan terhambat, di mana apabila dan seandainya ada tersangka maka akan melarikan diri dan penyidikan tidak bisa tuntas.

Sebelumnya diberitakan, pada Jumat (15/1/2019) Deasy Tuwo (44), karyawan CV Yosiki, perusahaan pembibitan mutiara ditemukan tewas mengenaskan di kolam buaya milik Ochia, warga negara Jepang.
Ochiai merupakan pemilik perusahaan CV Yosiki.
Jasad korban pertama kali ditemukan sudah tak bernyawa oleh rekan sekerjanya, Erling Rumengan (37).
Isi perut, dada hingga tangan kanan korban sudah dicabik buaya sepanjang 4 meter yang berusia 30 tahun bernama Merry itu.
Kabar buaya peliharaan menyerang manusia menjadi viral di Facebook pada Jumat (11/1/2019)
Erling Rumengan (37) warga Desa Ranowangko menemukan jasad Deasy Tuwo.
Saat itu, Erling Rumengan mencari dan mengecek ke lokasi CV Yosiki.
Dia bersama rekannya mengecek ke dalam lokasi perusahaan kemudian masuk ke dalam areal perusahaan pembibitan mutiara tersebut sesampainya di dalam tidak ada orang yang ditemukan.
Para mantan teman sekerja Deasy memang sedang mencari keberadaan korban karena ditelepon Ochiai Sensei untuk melihat kondisi lokasi perusahaan.
Pasalnya korban disebutkan tak mengangkat telepon Ochiai Sensei
Namun, mereka melihat ada benda terapung yang menyerupai tubuh manusia berada diatas kolam tempat peliharaan seekor buaya.

Tim BKSDA dibantu TNI-Polri melakukan evakuasi terhadap buaya peliharaan milik WN Jepang yang menerkam Deasy Tuwo pada Senin (14/1/2019) siang.
Buaya dengan bobot 600 kilogram dan panjang sekitar 5 meter tersebut hendak dibawa ke Pusat Penangkaran Satwa (PPS) Tasik Koki di Desa Pimpin, Kecamatan Kema, Minahasa Utara.
Tim dibantu pemerintah dan masyarakat setempat untuk mengevakuasi buaya yang bernama Merry tersebut.
Untuk mengevakuasi buaya, tim harus membius buaya lewat kepalanya agar kondisinya melemah.
Setelah lemah kekuatannya berkurang, tim evakuasi kemudian mengikat mulut buaya dengan lakban hitam dan badannya diikat agar tidak merontak.
Kurang lebih 20 orang bahu membahu membopong buaya tersebut.(*)
Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Kabar Terbaru Kasus Buaya Makan Manusia di Minahasa: Soal Hasil Autopsi hingga Polisi Buru WN Jepang