Tsunami di Selat Sunda
Ifan Seventeen Kini Sendirian, Dua Rekannya Ditemukan Tewas Satu Masih Hilang
Grup Band Seventeen berada di Tanjung Lesung pada waktu kejadian dalam rangka mengisi acara Employee Gathering PLN UIT JBB.
Diberitakan dari Kompas.com Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memaparkan kronologi terjadinya peristiwa tsunami yang terjadi di Selat Sunda itu.
Pada Jumat (21/12/2018) sekitar pukul 13.51 WIB, BMKG sebelumnya telah mengumumkan erupsi gunung anak Krakatau dengan status level Waspada.
"Kemarin pukul 13.51 WIB pada tanggal 21 Desember Badan Geologi telah mengumumkan erupsi gunung anak Krakatau dan levelnya pada level Waspada," kata Dwikorita.
Lalu pada Sabtu (22/12/2018), kata Dwikorita, BMKG mengeluarkan peringatan dini sekitar pukul 07.00 WIB akan potensi gelombang tinggi di sekitar perairan Selat Sunda.
"Diperkirakan (gelombang tinggi terjadi) kemarin tanggal 21 hingga nanti 25 Desember 2018. Ini peristiiwa beda tapi terjadi pada lokasi yang sama. Yang pertama erupsi Gunung Krakatau dan potensi gelombang tinggi," katanya.
Menurut dia, sekitar pukul 09.00-11.00 WIB, tim BMKG ada yang sedang berada di perairan Selat Sunda melakukan uji coba instrumen.
"Di situ memang terverifikasi bahwa terjadi hujan lebat dengan gelombang dan angin kencang, karena itu tim kami segera kembali ke darat," ujarnya.
Di satu sisi sejumlah tide gauge (alat pendeteksi tsunami) BMKG menunjukkan ada potensi kenaikan permukaan air di pantai sekitar Selat Sunda.
"Dan kami analisis, kami memerlukan waktu analisis apakah kenaikan air itu air pasang akibat fenomena atmosfer yang tadi ada gelombang tinggi? Jadi memang ada fase seperti itu. Namun ternyata setelah kami analisis lanjut gelombang itu merupakan gelombang tsunami," kata dia. (TribunSolo.com/Rifatun Nadhiroh)
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Kembali Berduka, Ifan Seventeen Kabarkan Gitaris, Herman Juga Meninggal Dunia, Jasadnya Ditemukan