Keren, 3 Mahasiswa Unla Bandung Ini Berhasil Menciptakan Alat untuk Monitoring Kesehatan Jemaah Haji
Satu yang patut diapresiasi, alat untuk memonitoring kesehatan (medical monitoring) jemaah haji yang dibuat oleh mahasiswa Universitas Langlangbuana (
Penulis: Hilda Rubiah | Editor: Yongky Yulius
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilda Rubiah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Inovasi mahasiswa Bandung memang tak ada habisnya.
Satu yang patut diapresiasi, alat untuk memonitoring kesehatan (medical monitoring) jemaah haji yang dibuat oleh mahasiswa Universitas Langlangbuana (Unla) Bandung.
Inovasi tersebut diprakasai oleh tiga orang mahasiswa Unla jurusan teknik elektro fakultas teknik, yakni, M Riva Nawa Syarif (21), Tri Hilman Nuryahya (21), dan Taufik Aziz (22).
M Riva Nawa Syarif mengatakan, medical monitoring itu merupakan perangkat yang digunakan untuk memantau serta mempermudah server memonitoring kondisi kesehatan dan keberadaan para jemaah haji.
Perangkat tersebut berupa dua bentuk gelang serupa jam tangan dan ID card.
• Mahasiswa Universitas Langlangbuana Raih 3 Juara di Electromedical Innovation Competition Nasional
"Ini adalah suatu inovasi dalam electro medical terkait bio medical signal, untuk mendeteksi beberapa indikasi kesehatan para jemaah haji, semisal denyut jantung atau nadi dan suhu tubuh. Alat ini ada dua bentuk gelang dan kalung. Biasanya identitas jemaah haji itu kan berupa gelang, kami ganti halnya dengan alat yang kami buat itu, dalam bentuk dan ID card," M Riva saat ditemui Tribun Jabar di kampus Unla, Jalan Karapitan 116 Lengkong, Kota Bandung, Kamis (1/11/2018).
Lebih lanjut dia menjelaskan, perangkat dalam bentuk gelang terdiri dari komponen baterai, heart sensor atau pulse sensor berfungsi untuk memonitor mendeteksi denyut nadi, negative temperatur co efesien untuk mendeteksi suhu tubuh, kemudian dikirim ke ID card (berupa kalung) menggunakan bluetooth low energy.
Sementara dalam bentuk kalung serupa ID card dilengkapi komponen baterai, GPS, buckbush sebagai penstabil tegangan, berfungsi untuk menerima data dari gelang, mengirim lokasi ketika diminta, kemudian mengirimkan data ke server lora (Long Range) dan open source melalui Telegram.
Riva menjelaskan kelebihan dari perangkat tersebut sebagaimana dilengkapi feature GPS terintegrasi dengan Telegram, maka dapat mempermudah pencarian ketika jemaah hilang atau pun mengetahui kondisi jemaah semisal mengalami sakit.
• Mahasiswa Unjani Berikan Pembekalan Kegawatdaruratan untuk Siswa SMAN 3 Cimahi, Ini Tujuannya
Lebih dari hal itu, alat tersebut pun dapat terhubung dengan keluarga jemaah haji atau pun amir haji (pembimbing haji).
Pemantauan oleh Amir Haji dapat dilakukan dalam jangkauan sampai 100 kilometer dan dapat digunakan secara efesien dilakukan di mana pun dan kapan pun oleh keluarga jemaah bersangkutan.
Adapun karena perangkat menggunakan baterai kancing, maka alat dapat digunakan tanpa harus melakukan pengisian ulang.
Perangkat dapat digunakan secara efektif oleh jemaah haji, amir haji, maupun keluarga yang memantau.
Riva mengaku, latar belakang dibuatkannya inovasi tersebut mengingat dirinya melihat rata-rata jemaah haji Indonesia dari kalangan sudah tua atau lanjut usia.