Mengenang Tragedi Bintaro 1987, Kecelakaan Kereta Api Paling Mematikan dalam Sejarah Indonesia
Kereta Api (KA) 225 Merak bertabrakan dengan Kereta Api (KA) 220 Rangkas di Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan.
PPKA tidak dapat memberangkatkan kereta semaunya sendiri.
• Cetak Dua Gol ke Gawang Taiwan, Witan Sulaeman Makin Pede Lawan Qatar
• Makan Rendang Bayar Seikhlasnya, Duitnya Buat Masak 1 Ton Rendang untuk Korban Gempa Palu
Ia harus berkoordinasi dengan dua hingga tiga stasiun berikutnya dan memastikan jalur yang akan dilewati aman atau tidak.
Tragedi Bintaro berawal dari kesalahpahaman Kepala Stasiun Serpong yang memberangkatkan KA 225 dengan tujuan Jakarta Kota.
Akibatnya, tiga jalur kereta yang berada di Stasiun Sudimara penuh karena kedatangan KA 225.
Sebaliknya, KA 220 juga diberangkatkan dari Stasiun Kebayoran menuju Sudimara.
KA 220 dan KA 225 berada di jalur yang saling berkebalikan.
Kondisi ini memaksa juru langsir di Sudimara untuk segera memindahkan lokomotif KA 225 menuju jalur tiga.
Namun karena jalur kereta sangat ramai, masinis tak dapat melihat semboyan dari juru langsir.
KA 225 yang seharusnya pindah rel tiba-tiba berangkat.
Semboyan 35 pun dilakukan.
Semboyan 35 adalah semboyan suara yang dilakukan dengan cara masinis membunyikan suling (terompet/klakson) lokomotif secara panjang untuk menjawab kepada kondektur kereta api dan PPKA bahwa kereta api sudah siap untuk diberangkatkan.
Upaya juru langsir dan PPKA untuk menghentikan laju KA 225 sia-sia.
Kereta Api dengan tujuh gerbong itu akhirnya bertemu muka dengan KA 220 di Desa Pondok Betung.
Kereta bertabrakan pukul 06.45 WIB.

KA 225 tengah melaju dengan kecepatan 30 kilometer per jam.
Sementara KA 220 melaju dengan kecepatan 25 kilometer per jam.
Badan kereta pun ringsek.
Beberapa petugas stasiun dan masinis kereta diperiksa dan dijatuhi hukuman atas kelalaiannya.(*)