Korban Gempa Palu Pulang ke Cianjur, Rintis Kehidupan Baru, Anak Sekolah Tak Pakai Sepatu
Sekeluarga korban gempa Kota Palu memilih pulang dan mulai merintis hidup baru di Kampung Cilumping, Desa Sukamulya
Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Kisdiantoro
TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - Sekeluarga korban gempa Kota Palu memilih pulang dan mulai merintis hidup baru di Kampung Cilumping, Desa Sukamulya, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur.
Meski sudah jauh dari kawasan bencana, namun kenangan pahit dan trauma masih terlihat di wajah delapan anggota keluarga yang terdiri dari suami istri dan enam orang anak ini.
Meski menumpang di sebuah rumah panggung yang terletak di ujung sebuah gang, setidaknya mereka mengaku mulai tidur nyenyak dan bangun tenang ketimbang hidup di pengungsian.
Sang kepala keluarga, Sodikin Kodri (50) mengatakan, masih bersyukur semua anggota keluarganya selamat dari reruntuhan rumah meski tiga di antaranya sempat tertimbun selama tiga puluh menit lamanya.
Mereka yang sempat tertimbun adalah istrinya Masnoneng (42) yang sedang mengambil air wudhu di dapur, lalu anak perempuannya Devi Nurlaelasari (19) yang sedang berada di kamar, dan anak laki-lakinya Ahmad Hamdan Nuryadin (16) yang sedang berada di kamar mandi.
• Sandiaga Kunjungi Pesantren Daarut Tauhid tapi Aa Gym-nya Lagi di Jakarta, Ini Maksud Kunjungannya
"Saat itu saya sedang salat bersama tiga orang anak saya yang kecil. Tiba-tiba bumi bergoyang, seketika itu saya tarik tiga orang anak saya keluar rumah. Tiba di halaman tiba-tiba rumah ambruk semua," kata Sodikin ditemui di Kampung Cilumping, Selasa (16/10) sore.
Sodikin mengatakan ia sangat stres saat tersadar ada tiga anggota keluarganya yang tertimbun. Ia lalu memukul batu ke bagian rumah berharap ada jawaban dari anggota keluarganya yang tertimbun.
"Saya seperti orang gila saja saat itu," ujarnya.
Sang istri pun berkata bahwa ia sempat tak sadarkan diri ketika terlempar di dapur dan masuk ke kolong meja kompor. "Saat bangun saya mulai mengingat ada apa ini, lalu saya mendengar anak saya merintih kesakitan di bagian kamar, lalu saya mendengar teriakan minta tolong dari suami yang berada di luar rumah," kata Masnoneng.
• Para Perempuan Kepala Daerah yang Terjerat Kasus Korupsi, 3 di Antaranya dari Jabar
Masnoneng mengatakan, seketika ia berusaha untuk bangun dan menyingkirkan puing-puing reruntuhan rumah yang menimpa badannya. Ia pun berusaha menyingkirkan material bangunan yang menimpa anak laki-lakinya yang sedang berada di dalam kamar mandi.
"Yang paling lama tertimbun adalah anak perempuan saya yang berada di kamar depan, ia sempat tak bisa berjalan karena kakinya cukup lama terhimpit beton, beruntung langsung banyak warga yang datang menolong," kata Masnoneng.
Keluarga Sodikin Kodri tinggal di kawasan Pasangkayu, Kabupaten Donggala dan hanya berjarak enam kilometer dari bibir pantai. Keluarga ini tinggal di kawasan kota provinsi setelah mandiri dan meninggalkan kawasan transmigrasi. "Kami berangkat dulu dari Cianjur program transmigrasi tahun 1995," kata Sodikin.
Sodikin mengatakan niat keberangkatannya untuk mengubah nasib keluarga dan merintis kehidupan baru di Kota Palu.
"Sudah 24 tahun kami di sana, kami pindah ke kawasan kota mencoba hidup mandiri dan meninggalkan kawasan transmigrasi," kata Sodikin.
Sambil menatap kosong, Sodikin mengatakan kini semua harta bendanya sudah hilang. Kepulangan ke Cianjur pun hanya baju di badan yang mereka pakai.
• Sandiaga Uno Akui Relatif Kurang Dikenal Masyarakat, Siap Kerja Keras Sosialisasi dan Beri Solusi
"Di pengungsian kami ditanya apakah akan pulang ke kampung asal sambil menunggu proses rehabilitasi dan perbaikan di sana," kata Sodikin.