Masih Banyak Pengelola Gedung Kurang Memahami Mitigasi Gempa, DKPB Kirim Edaran Simulasi Bencana

Hampir 80 persen pengelola tak mengerti mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan ketika menghadapi gempa bumi.

Penulis: Yongky Yulius | Editor: Seli Andina Miranti
Tribun Jabar/ Hilman Kamaludin
Sejumlah Siswa SD Juara menyelamatkan diri saat simulasi kebencanaan. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Yongky Yulius

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DKPB) Kota Bandung akan mulai memberikan edaran ke gedung-gedung publik di Bandung agar dilaksanakan simulasi kebencanaan termasuk simulasi kegempaan sebagai langkah mitigasi atau pengurangan risiko bencana.

Kabid Penanggulangan Bencana, DKPB, Sihar Pandapotan, mengatakan hal itu dilakukan lantaran potensi gempa bumi dan likuifaksi di Kota Bandung telah menjadi atensi warga.

"Sebetulnya sudah sering dilakukan simulasi, tapi kemarin kita masih random. TSM misalkan sudah dua kali simulasi kemarin. Nah, ke depan, kita dengan bidang pencegahan ke depan akan surati semua bangunan gede. Karena kemarin ada yang bertanya, 'pak kalau di apartemen, nanti kalau gempa penghuninya harus ngapain'. Saya tekankan, semua gedung harus melakukan simulasi. Di simulasi kami akan bertindak sebagai narasumber dan evaluator," katanya saat ditemui Tribun Jabar di kantornya, Jalan Sukabumi, Kota Bandung, Jumat (12/10/2018).

Sihar mengatakan, dari 200 lebih gedung bertingkat di Bandung, memang belum semuanya telah melaksanakan simulasi.

DKPB sendiri, baru melakukan simulasi pada sekitar 25 gedung di Bandung sejak bidang penanggulangan bencana dibentuk pada 2017.

"Kalau gedung bertingkat memang jumlah tepatnya ada di tata ruang. Tapi, perkiraan saya, kalau gedung publik bertingkat di Bandung jumlahnya ada lebih dari 200. Memang itu belum semuanya tersentuh simulasi," katanya.

Berdasarkan evaluasi DKPB, dari sekitar 25 gedung itu, memang belum semua pengelola dan penghuninya mengerti apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa bumi.

Sihar mengatakan, hampir 80 persen pengelola tak mengerti mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan ketika menghadapi gempa bumi.

Warga Kabupaten Bandung Diimbau Waspada Pergeseran Tanah saat Pergantian Musim

"Kalau secara peralatan secara fasilitas bisa dikatakan 90 persen oke, tapi dengan syarat tertentu, minimumnya ada petunjuk arah, tangga darurat, APAR dan kapaknya, titik kumpul. Tapi, secara tindakan, saya bisa katakan 80 persen enggak mengerti. Ini menyangkut banyak hal. Kalau secara pribadi mungkin mengerti, tapi kalau secara pengelola gedung, seperti harus menyelamatkan penghuninya, mereka kurang siap. Saya lihat koordinasinya yang kurang. Misal, yang satu bilang naik ke atas, yang satu turun ke bawah," ujarnya.

Pengadaan simulasi di gedung bertingkat, misal di hotel, sambung Sihar, sebetulnya bisa menjadi salah satu langkah promosi.

Pasalnya, para tamu, pelanggan, atau pengunjung, tentu enggan datang jika gedung belum pernah melakukan simulasi kebencanaan.

"Secara logika, seseorang tidak akan mau tidur di hotel jika hotel itu belum melakukan simulasi atau belum ada kesiapan dari segi fasilitas. Jadi, ini juga bisa sebagai promosi juga. Simulasi ini pun enggak ada biaya sama sekali," kata Sihar.

Warga Kabupaten Bandung Diimbau Waspada Pergeseran Tanah saat Pergantian Musim

Harga Samsung Galaxy A7 Sudah Keluar, Bisa Pre-Order di Beberapa Situs Belanja

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved