Mengenal Sekolah Khusus Autisma Bunda Bening Selakshahati, Sekolah Asrama Bagi Anak Autisma
Sama halnya dengan asrama pada umumnya, asrama tersebut dihuni oleh 64 anak-anak penyandang autis dari berbagai daerah dari berbagai kota di Indonesia
Penulis: Hakim Baihaqi | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sekolah Khusus Autisma Bunda Bening Selakshahati di Kampung Cibirubeet Hilir, Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, satu-satunya sekolah yang menangani anak autis dengan terapi asrama.
Berada di tengah permukiman penduduk di kaki Gunung Manglayang, dua bangunan rumah sengaja diubah menjadi asrama oleh Bunda Bening, yang merupakan pemilik Yayasan Sekolah Khusus Autisma Bunda Bening Selakshahati.
Sama halnya dengan asrama pada umumnya, asrama tersebut dihuni oleh 64 anak-anak penyandang autis dari berbagai daerah dari berbagai kota di wilayah provinsi di Indonesia.
Bayam Punya Manfaat yang Luar Biasa untuk Kesehatan, tapi Ternyata Ada Bahayanya https://t.co/ZE1KOgvxMR via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) October 10, 2018
Selain melakukan terapi, di asrama tersebut, anak-anak penyandang autis mendapatkan pola pengajaran yang hampir serupa dengan sekolah luar biasa pada umumnya.
Bunda Bening, pemilik sekolah, menyebut, sebelum menjadi asrama bagi penyandang autis, sebelum 2011 sekolah tersebut awalnya adalah pusat terapi bagi para autis, namun pada 2011, diputuskan untuk menjadi terapi dengan menggunakan pola asrama.
Ia melanjutkan, untuk penanganan bagi anak-anak autis perlu upaya yang penuh, sehingga pola terapi dengan asrama ini, anak-anak tidak akan merasakan adanya perbedaan dengan anak pada umumnya.
"Autis adalah permasalahan kompleks yang harus terus dilakukan pengawasan selama 24 jam, karena mereka berbeda dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) lainnya," ujar Bunda Bening di Sekolah Khusus Autisma Bunda Bening Selakshahati di Kampung Cibirubeet Hilir, Rabu (10/10/2018).
• Roy Suryo Somasi Kemenpora, Sekretaris Kemenpora: Kehabisan Alasan Mereka
Selain di asrama, puluhan anak ini pun pada waktu pagi hingga siang hari, mendapatkan ilmu pelajaran dari para guru di gedung sekolah yang berada di sekitar asrama.
Lalu selepas belajar di gedung sekolah, anak-anak ini kembali menuju asrama untuk bermain ataupun saling berinteraksi satu dengan lainnya.
Bunda Bening mengatakan, ada tiga waktu yang harus didapatkan oleh anak-anak di sekolah tersebut, yaitu jam bermain, jam rekreasi, dan jam belajar.
"Hak mereka mendapatkan pola pendidikan yang sama dan setiap anak didampingi oleh pengasuh," katanya.
Ia mengatakan, terhitung dari 2011 hingga saat ini, lebih dari 100 anak autis telah mengeyam pendidikan di sekolah tersebut dan menunjukkan perubahan, salah emosi yang lebih stabil.
"Autis tidak akan sembuh 100 persen, setidaknya mereka bisa melanjutkan ke pendidikan normal dan kembali berinteraksi di lingkungannya," katanya.
• Rahasia Kemenangan Madura United dari Persib Bandung Menurut Sang Mantan
• KPAID Temukan Dua Grup Gay Tasikmalaya di Facebook, Anggotanya Mencapai Ribuan