Kesaksian Pramugari Terjebak di Hotel Saat Gempa, Turun Lewat Genteng Lalu Ada Gemuruh Tsunami Palu

Tria Adita Utari, Pramugari Garuda Indonesia menceritakan kesaksiannya saat gempa dan tsunami Palu.

Penulis: Widia Lestari | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Kolase Tribun Jabar (Youtube/najwashihab)
Tria Adita Utari, pramugari Garuda Indonesia yang selamat dari tsunami Palu 

TRIBUNJABAR.ID - Tria Adita Utari, Pramugari Garuda Indonesia menceritakan kesaksiannya saat gempa dan tsunami Palu.

Sesaat sebelum gempa bermagnitudo 7,4, Tria Adita Utari baru sampai di Hotel Mercure, lalu makan dan bersih-bersih.

Setelah itu, Tria Adita Utari duduk di kasur Hotel Mercure, kemudian gempa  bermagnitudo 7,4 pun berguncang dahsyat.

Tria Adita Utari pun langsung berjongkok di dekat kasur.

Ia mencoba menghampiri rekannya yang jongkok dekat kamar mandi.

"Karena enggak bisa mengangkat diri, kami jongkok aja. Tunggu sampai gempanya reda, baru teman saya selamatkan tasnya. Saya cepat-cepat ambil HP saya, terus kami langsung keluar lewat pintu," kata Tria Adita Utari dilansir program acara Mata Najwa.

Saat keluar dari pintu kamar, Tria Adita Utari melihat plafon di sebelah kirinya sudah runtuh.

Lalu, di sisi kanannya muncul asap putih.

Kemudian, terlihat seorang perempuan yang meminta tolong padanya untuk keluar.

Ada pula dua pria yang mencoba mencari jalan keluar.

"Bapak-bapak itu coba dobrak pintu darurat, semakin kenceng enggak bisa dibuka, malah plafon yang di sebelah pintu darurat itu yang mau rubuh," kata pramugari Garuda Indonesia itu.

5 Fakta Terbaru Gempa Donggala dan Tsunami Palu, Jumlah Korban Jiwa 1.763 Orang

Kemudian, kedua pria itu pun mencari jalan lain lewat jendela kamar mereka.

Namun, jendela keluar yang berada di lantai tiga itu terlihat tinggi.

"Ini tinggi banget, apa kita harus lompat? Bapak itu bilang, 'enggak ada cara lain lagi mbak, harus lompat kita'.
Kemudian bapak satu lagi bilang, 'Ada pipa besi itu, bukan paralon'," kata Tria Adita Utari mengingat pengalamannya berusaha menyelamatkan diri dari Hotel Mercure, Palu.

Tria Adita Utami mengaku, pipa besi itu menjadi tumpuan untuk turun merosot.

Cara itu dipraktikkan seorang pria yang membuka jalan bagi mereka untuk turun.

Kemudian, menyusul teman Tria Adita Utari dan seorang perempuan yang bersama mereka.

Namun, saat perempuan itu mencoba turun, gempa berguncang lagi, tangannya pun lepas dari pegangan.

"Baru setengah pegangan langsung lepas, kepalanya berdarah. Saya cepet-cepet turun juga takutnya setelah itu pipanya yang lepas karena masih ada bertahan dua orang lagi (Tria dan seorang pria)," ujarnya.

Saat itu, ia melihat temannya lari ke bawah lewat genteng seng sedangkan pria itu pun turun.

Kronologi Pasha Ungu Selamat dari Tsunami Palu, Antara 5-10 Menit Sebelum Bencana Dia Ada di Pantai

Namun, perempuan yang kepalanya berdarah itu tampak panik dan minta pertolongan pada Trida Adita Utari.

"Saya tempelkan tangan saya ke kepala ibu itu, 'enggak apa-apa mbak, enggak apa-apa'," cerita Trida Adita Utari mencoba menenangkan ibu itu.

Ia pun meminta ibu itu untuk mengganjal kepala pakai tangan karena ingin menyusul temannya.

"Saya bilang 'Bu maaf bu tangannya diganjal ke kepala, saya harus ke temen saya,' saya kepikirnya kami cuma berdua aja saya mau susul teman saya," ujarnya.

Ia kemudian berlari di atas genteng seng. Namun, tiba-tiba ia dipanggil seorang anggota Brimob, Dian.

Tria Adita Utari yang baru berlari setengah jalan dilarang turun karena ada tsunami.

"Saya balik lagi, kaki saya kejeblos, berdarah, sama dia diulurkan tangan, ditarik. 'ini ada tsunami'. Enggak lama gemuruh tsunami itu datang gemuruhnya keras," ujar Tria Adita Utari.

Mendengar gemuruh ombak tsunami Palu, Tria Adita Utari pun merasa ketakutan.

Dalam benaknya, bencana itu seperti tsunami Aceh, pada 2004.

Akhirnya, ia dan perempuan yang terluka tadi kembali lagi ke atas dan bertahan di sana.

Tria mengaku bertahan di bagian belakang hotel.

Saat Gempa Donggala, Anthonius Tetap Bantu Pesawat Take Off, Meninggal Setelah Lompat dari Lantai 4

"Ternyata pas (tsunami) sudah menyapu bagian depan (hotel), air yang masuk ke bagian belakangnya agak tenang," kata Tria.

Menurut Tria ada sekitar enam orang yang bersamanya. Di antara orang-orang itu ada yang ngotot ingin turun, tetapi dilarang oleh Dani karena genangan airnya masih tinggi.

"Akhirnya kami bertahan di situ. Kemudian isu-isu ada tsunami susulan dan ternyata bener ada tsunami lagi," ujarnya.

Tria mengaku tak melihat hantaman tsunami susulan itu tapi ia merasakan dan melihat genangan air di sekitarnya yang naik turun sampai tiga kali.

"Enggak melihat airnya menghantam ke hotel hanya terlihat genangan airnya tinggi lagi, terus surut lagi, nanti tinggi lagi, sampai tiga kali begitu," kata Tria.

Dari ombak tsunami Palu yang menghantam daratan itu, ia melihat banyak rongsokan dan jenazah.

Gempa Donggala dan Tsunami Palu Merusak 66.238 Unit Rumah, 70.821 Orang Mengungsi

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved