Perupa Muda Asal Tasikmalaya Edukasi Generasi Muda Lewat Karya Mural Batik, Kelom, dan Payung Geulis
Naufal Ridwanullah begitu semangat ketika Tribun Jabar bertanya soal karyanya yang dipajang di Pameran Galeri Seni Popo Iskandar, Senin (2/10/2018).
Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Naufal Ridwanullah begitu semangat ketika Tribun Jabar bertanya soal karyanya yang dipajang di Pameran Galeri Seni Popo Iskandar, Senin (2/10/2018).
Perupa muda asal Tasikmalaya ini menampilkan empat karya mural yang dibuat di media multiplex dengan sensasi visual bernuansa pop.
Di karyanya ini, Naufal menggali hubungan historis di mana pada masa kecilnya ia tumbuh dalam lingkungan masyarakat pengrajin batik.
Ikatan emosional ini kemudian menjadi motivasi tanggung jawab moral untuk menghadirkan karya-karya yang merupakan dialog dan observasinya terhadap ikon-ikon kerajinan tradisional yang identik dengan Kota Tasikmalaya.
• Kagetnya Peneliti Dunia Lihat Tsunami di Palu Bisa Sangat Menghancurkan
• Persib Bandung Kena Sanksi Berat, Mario Gomez Bandingkan saat Suporter Arema FC Serbu Lapangan
"Saya ingin mengedukasi generasi muda untuk mengenal kerajinan tradisional batik seperti yang terlihat dari karya saya, yaitu ada anyaman, batik, kelom, dan payung geulis," ujar Naufal saat ditemui Tribun Jabar di Jalan Setiabudi No No 235B, Senin (2/10/2018).
Melalui karya Naufal yang juga sering membuat mural di tembok-tembok kosong yang terbengkalai, sekilas Anda akan melihat gabungan atau pertemuan kecenderungan antara seniman Eko Nugroho yang bertemu dengan seniman Vendy Methodos.
Dua seniman ini memang merupakan idola yang telah menginspirasi perjalan proses kreatif Naufal sejak awal Ia mulai menekuni dunia seni rupa.
Seperti halnya bentuk-bentuk bidang-bidang bergelembung yang terinspirasi dari kripik usus ayam jajanan favorit masa kecilnya.
"Saya menggunakan media multipleks board yang dipotong mengikuti bentuk outline lukisannya yang kemudian digabungkan dengan tumpukan beberapa panel lukisan yang dipotong," ujar pemilik nama Coza di dunia street art.
Naufal meminjam teknik seperti pada papertole yang diaplikasikan pada panel-panel kayu berukuran besar.
Selain menghasilkan efek tiga dimensional yang bertumpuk, pola penumpukan panel-panel ini seperti menggabungkan beberapa realitas dalam dunia yang pararel.
Dengan menggunakan warna-warna kontras yang flat saling bertumpuk Anda akan diajak melihat ikon craft tradisional dengan sudut pandang dan mood Naufal yang mewakili taste generasi masa kini.
Generasi milenial yang masih merasa perlu untuk membangun korelasi antara dirinya, karyanya, dan akar tradisinya dalam rangka aktualisasi diri.
Melalui karya-karya ini pula, merupakan bagian dari strategi budaya Naufal untuk membangun awareness public khusunya yang se-zaman dengannya terhadap identitas lokal.
Hasil karya Naufal Ridwanullah bisa Anda nikmati di pameran bertajuk "Jadi" yang dibuka mulai hari ini, 2-10 Oktober 2018, pukul 10.00-16.00 WIB. (*)