Gempa Donggala
Korban Gempa Palu dan Donggala Butuh Bantuan Segera, Warga dan Relawan Menumpang KRI Makassar
Pemuda yang merantau di Makassar ini bukan satu-satunya warga asal Palu, ada ratusan keluarga yang berasal dari daerah yang sama, dan . .
TRIBUNJABAR.ID, MAKASSAR - Ikhsan Djawas (19) tampak begitu gelisah. Ia ingin secepatnya sampai di Palu.
Pemuda yang merantau di Makassar ini bukan satu-satunya warga asal Palu, ada ratusan keluarga yang berasal dari daerah yang sama, dan para relawan, termasuk relawan Yayasan Harapan Amal Mulia, yang menumpang KRI Makassar untuk bisa sampai di Palu.
Semua yang menumpang kapal TNI AL itu rela tidur di atas geladak dengan terpaan angin Selat Makassar yang dingin.
‘’Saya ingin segera melihat kondisi keluarga," kata Ikhsan, demikian informasi yang diterima Tribun Jabar dari relawan Yayasan Harapan Amal Mulia yang tengah berupaya menyalurkan bantuan dari donatur untuk korban bencana gempa dan tsunami, Selasa (2/10/2018).
• Persib Bandung Kena Sanksi: Manajemen Keluarkan 4 Poin Keberatan, Ini Empat Poin Tersebut
• Kesaksian Amir Melihat Satu Kampung Lenyap Ditelan Lumpur
Saat gempa berkekuatan 7,4 Skala Richter terjadi pada Jumat (28/9) dengan pusat gempa 10 km pada 27 km Timur Laut Donggala, Sulawesi, Ikhsan mengaku panik.
Pasalnya gempa yang menimbulkan tsunami berdampak pada terputusnya komunikasi ke Kota Palu, Kabupaten Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong.
"Awalnya, saya tidak tahu bagaimana nasib keluarga saya. Tapi hari ini, Senin (1/10), komunikasi sedikit pulih. Meski kadang terputus, keluarga sudah bisa dihubungi," ujar Ikhsan.
Berdasarkan informasi yang diterima Ikhsan dari ibunya, Marwiah Towandu, rumahnya yang terletak di Kelurahan Silae, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu hanya mengalami retak-retak. Tsunami pun tak sampai menerjang rumahnya yang terletak 10 kilometer dari pantai.
Meski demikian, kata Ikhsan, keponakannya yang masih bayi meninggal karena tertimpa lemari yang rubuh akibat gempa.
"Sekarang keluarga mengungsi ke bukit dekat rumah. Sampai hari ini tidak ada satupun bantuan yang sudah sampai," keluh Ikhsan.
Untuk bisa bertahan hidup, Ikhsan mengutarakan, ibunya dan para pengungsi lainnya mengambil makanan dari rumah-rumah yang ditinggalkan warga.
Tapi, kondisi ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Para pengungsi, kata Ikhsan, saat ini mengalami krisis air minum dan makanan.
Ketua Tim Gabungan Relawan Yayasan Harapan Amal Mulia dan For Humanity, Ikhsan Purwana mengatakan sejak Minggu (30/9/2018), Amal Mulia, demikian Yayasan Harapan Amal Mulia biasa disebut, sudah memberangkatkan tim relawan dan membawa bantuan.
Tapi, akibat lumpuhnya Bandara Palu, tim relawan Amal Mulia berangkat ke Palu melalui Makassar dengan menumpang KRI Makassar.
Sampai saat ini, BNPB sudah mengumumkan terdapat 1.193 korban meninggal yang ditemukan. Kemungkinan, jumlah ini akan terus bertambah.
Dari informasi keluarga korban, para korban gempa saat ini sangat membutuhkan air bersih untuk diminum, makanan, selimut, pakaian dan makanan bayi.
Tim Amal Mulia akan turut dalam proses evakuasi korban, assesment kebutuhan, dan melaporkan secara faktual kondisi para pengungsi.
"Mari kita bantu saudara-saudara kita yang menjadi korban gempa di Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong. Salurkan donasi anda melalui no rekening Amal Mulia Bencana* Bank Syariah Mandiri, No rek. 2017 00 4037 A.n Yayasan Harapan Amal Mulia. Bantuan kita semua merupakan penghapus duka saudara-saudara kita di Palu dan sekitarnya. Mari tebar amal dan gapai kemuliaan," kata Ikhsan Purwana. (*)