Kisah Kakek Radit, Penjual Pisang yang Tetap Semangat Mencari Nafkah di Usia Senja

Jika dagangannya laku, Radit tak perlu menunggu hingga sore untuk pulang dan berkumpul dengan anak cucunya.

Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: Dedy Herdiana
Tribun Jabar/Ahmad Imam Baehaqi
Seorang kakek bernama Radit saat merapihkan buah pisang yang dijajakannya di sisi Jalan Cipto Mangunkusumo, Kota Cirebon, Minggu (30/9/2018) sore. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ahmad Imam Baehaqi

TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Seorang kakek bernama Radit (75) tampak sibuk merapihkan tumpukan buah pisang yang dijajakannya di sisi Jalan Cipto Mangunkusumo, Kota Cirebon, Minggu (30/9/2018) sore.

Tangannya yang menonjolkan urat-uratnya itu terlihat bergetar saat mengangkat buah pisang yang dijualnya.

Warga Desa Pamengkang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, itu mengaku sehari-hari berjualan buah pisang secara keliling.

Jelang Hari Kesaktian Pancasila, Puluhan Prajurit Korem 063/SGJ Ikuti Doa Bersama

Gempa Palu- 2 Hari Terhimpit Beton Reruntuhan Hotel Roa Roa, Fitri Selamat karena Kasur

"Jualan pisang dari masih muda, sudah lama, enggak ingat sudah berapa tahun," kata Radit kepada Tribun Jabar.

Baju putih tampak melapisi badannya yang terlihat sudah sedikit membungkuk.

Peci hitam yang dikenakannya juga tak mampu menutupi rambutnya yang memutih.

Sandal jepit warna hijau yang dipakai untuk alas kaki itu dijadikan Radit sebagai alas duduk sambil menunggu pembeli datang.

Setiap harinya Radit biasa berangkat dari rumahnya kira-kira pukul 07.00 WIB.

Biasanya ia naik angkutan umum untuk berbelanja pisang ke sejumlah pasar di Kota Cirebon.

Namun, saat kakinya dirasa pegal Radit memilih untuk naik becak meski ongkosnya dinilai lebih mahal dibanding naik angkutan umum.

"Sekarang kan sudah tua, cepat lelah dan enggak kuat memanggul pisang lama-lama," ujar Radit sambil tersenyum menunjukkan gigi-giginya yang telah tanggal.

Ia mengatakan, dulu berjualan pisang secara keliling dari pasar ke pasar di Kota Cirebon.

Pisang-pisang yang dijualnya itu dibeli langsung dari sejumlah pasar di Kuningan.

Faktor usia membuatnya tak mampu lagi menempuh perjalanan jauh sekadar untuk berbelanja pisang.

Saat ini, ia juga memilih berjualan di pinggiran jalan yang tergolong sepi saingan.

"Kalau di pasar banyak saingannya, mereka masih muda-muda, saya kalah terus karena sudah tua," kata Radit.

Ada banyak jenis pisang yang dijajakan pria yang mempunyai tujuh anak dan 20 cucu itu.

Di antaranya, pisang raja, pisang bulu, pisang ambon, pisang lumut dan lainnya.

Namun, pisang raja merupakan jenis pisang yang paling banyak dijual Radit.

Ia juga tampak memisahkan setiap jenis pisang yang dijualnya untuk memudahkan pembeli memilih pisang yang akan dibelinya.

Harga pisang yang dijajakan Radit juga berbeda-beda untuk setiap jenisnya.

Benarkah Hewan Bisa Tahu Akan Terjadinya Gempa Bumi? Ini Penjelasannya

Ayam Pelung Milik Peternak dari Selatan Cianjur Ditawar Rp 70 Juta

"Kalau pisang raja satu tandan harganya Rp 35 ribu - Rp 40 ribu, pisang ambon Rp 20 ribu - Rp 25 ribu satu tandan," ujar Radit.

Jika dagangannya laku, Radit tak perlu menunggu hingga sore untuk pulang dan berkumpul dengan anak cucunya.

Namun, saat sepi pembeli seperti kali ini Radit harus menunggui dagangannya lebih lama.

Sesekali ia juga tampak berdiri sambil memegang dua tandan pisang di kedua tangannya.

Ia menawarkan pisang-pisang itu kepada para pengendara motor dan mobil yang melintas.

"Kalau laku cepat, pas zuhur juga sudah pulang. Sehari biasanya laku 10 - 15 tandan pisang," kata Radit. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved