Kawasan Wisata Makam Buyut Trusmi Cirebon Bukan Aset Pemkab Cirebon, Disbudparora Tanggapi Begini
Kawasan wisata Buyut Trusmi di Desa Trusmi Wetan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, sudah diserahkan pengelolaannya kepada warga setempat
Penulis: Siti Masithoh | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Masithoh
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Kawasan wisata Buyut Trusmi di Desa Trusmi Wetan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, sudah diserahkan sepenuhnya dikelola secara adat oleh masyarakat setempatnya.
Sekretaris Dinas Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Cirebon, R Chaidir, mengatakan, situs Makan Buyut Trusmi bukan merupakan aset Pemkab Cirebon.
"Apabila di sana membutuhkan infrastruktur, kami akan dukung," ujarnya saat ditemui di Disbudparpora, Kamis (6/8/2018).
• Polwan Calon Istri Ahok Harus Izin ke Atasan Sebelum Menikah, Apakah Status Ahok jadi Penghalang?
• Ternyata Ini Rahasia Rumah Tangga Zaskia Sungkar dan Irwansyah Tetap Adem Ayem
Hingga saat ini, di kawasan tersebut masih terus dilestarikan oleh masyarakat setempat dengan berbagai sarana penunjangnya.
Akses jalan yang kurang bagus juga dianggap bukan kewenangan pemkab karena sudah termasuk jalan kewenangan desa.
"Kita hanya punya kewenangan sepenuhnya untuk melestarikan kebudayaan di sana. Di sana juga biasa dilaksanakan beberapa kebudayaan, di antaranya Buka Sirap," tambahnya.
Pilih Jokowi atau Prabowo di Pilpres 2019, Ini Jawaban Mahfud MD https://t.co/IVVbAJo9NU via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) September 6, 2018
Buka Sirap yaitu budaya mengganti atap di kompleks makam Buyut Trusmi yang diikuti oleh ribuan warga dari berbagai kota.
Acara tersebut dilaksanakan setiap empat tahun sekali. Acaranya mengganti atap bangunan yang terbuat dari papan kayu jati di Komplek Makam Kramat Buyut Trusmi.
Kayu jati yang lama akan diganti dengan kayu jati yang baru. Tradisi itu membutuhkan biaya mencapai Rp 2,4 miliar untuk kayu jati tersebut.
"Saat ini juga mereka menganggap kawasan wisata itu sudah cukup," pungkasnya.
Pelestarian kawasan wisata tersebut juga masih terus ditata oleh masyarakat di sana. (*)