Kejadian di Luar Skenario Operasi Woyla, Ada Jenderal Kopassus yang Jadi 'Penyusup'
Ia tiba-tiba masuk ke pesawat sambil menenteng pistol bersama Kolonel Teddy.
Operasi tersebut di bawah komando Kepala Pusat Intelijen Strategis yang saat itu dijabat Letjen Benny Moerdani. Adapun Letkol Infanteri Sintong Panjaitan menjadi pemimpin operasi di lapangan.
Pada Selasa (31/3/1981) sekitar pukul 02.30 WIB, pasukan Kopassus mulai bergerak setelah mendapat persetujuan dari pemerintah Thailand.
Operasi pembebasan pun sukses. Kopassus hanya butuh waktu tiga menit untuk menumpas para pembajak dan membebaskan para sandera.
Melansir dari buku Benny Moredani Yang Belum Terungkap (Kepustakaan Populer Gramedia bekerja sama dengan Majalah Tempo), ada cerita lain di balik kesuksesan operas tersebut.
Ya, ada jenderal 'penyusup' dalam operasi pembebasan pesawat DC 9 Woyla. Dia adalah Letjen Benny Moerdani.
Saat penyerbuan, pasukan terbagi dalam lima tim. Tiga tim bertugas menyerbu ke dalam pesawat, dua lainnya bersiaga di luar.
Tim pertama dipimpin Kapten Untung Suroso yang akan masuk dari pintu darurat depan.
Tim kedua dipimpin Letnan Dua Rusman AT yang bertugas menyerbu dari pintu darurat atas sayap kiri pesawat.
Adapun pemimpin tim ketiga adalah calon perwira Ahmad Kirang yang masuk melalui pintu ekor pesawat.
Sekitar pukul 02.00, tim bergerak mendekati pesawat dengan menaiki mobil VW Komi.
Para pasukan Kopassus, termasuk Benny berdesak-desakan dalam mobil itu.
"Saya duduk di atas anak-anak. Injek-injekan," kata Benny dalam buku Benny: Tragedi Seorang Loyalis.
Berjarak sekitar 500 meter dari ekor pesawat, para pasukan pun mulai berjalan kaki.
Saat itulah benny menyusup ke barisan tim Ahmad Kirang.
Penampilannya berbeda dari yang lain. Benny memakai jaket hitam dan menenteng pistol mitraliur.