Sebanyak 20 Kecamatan Gelar Rajang Tembakau, Tradisi yang Mulai Ditinggalkan

Puluhan peserta dari 20 kecamatan mengikuti lomba rajang tembakau di Pendopo Garut.

Penulis: Firman Wijaksana | Editor: Theofilus Richard
tribun jabar/ firman Wijaksana
Dua orang peserta lomba merajang tembakau saat mengikuti lomba rajang saat perayaan Hari Krida Pertanian di Pendopo Garut, Minggu (2/9/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Firman Wijaksana

TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Puluhan peserta dari 20 kecamatan mengikuti lomba rajang tembakau di Pendopo Garut.

Merajang tembakau sudah menjadi tradisi turun temurun bagi para petani tembakau.

Alat yang digunakan pun masih sangat tradisional. Merajang tembakau masih menggunakan pisau. Dibutuhkan keahlian agar rajangan tembakau bisa sangat tipis.

Kurnia (60), seorang peserta lomba menyebut jika merajang tembakau sudah menjadi budaya di kampungnya. Sejak 40 tahun lalu, Kurnia menekuni bertani tembakau.

Manajemen Persib Bandung Ingin Segera Kelola Stadion GBLA, Kuswara: Untuk Segala Kegiatan Persib

Penutupan Asian Games 2018, Presiden Jokowi Tidak Hadir, Super Junior Ikut Meriahkan

"Sejak dulu kalau sudah panen, daun tembakau ini dirajang. Kalau sudah dirajang harganya kan lebih mahal," ucap warga Kampung Bojongnangka, Desa Rancabango, Kecamatan Tarogong Kaler, Minggu (2/9/2018).

Tradisi merajang kini telah diturunkan Kurnia kepada kelima anaknya. Satu di antaranya, Roharudin yang berusia 36 tahun. Merajang tembakau, diakui Kurnia bukan hanya sekedar mencari keuntungan lebih dari hasil tembakau.

"Merajang itu sudah jadi budaya. Sekarang memang yang merajang mulai berkurang. Soalnya para petani lebih memilih menjual daun basah ketombang rajangan," katanya.

Serunya Lomba Lari di Tahura Bandung Fortuga Hiking Race 2018

Ariana Grande Disebut Dilecehkan, Charles Ellis Minta Maaf: Enggak Maksud Menyentuh

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved