Lombok Diguncang Gempa
Kun Humanity System Kirimkan Tim untuk Tangani Psikologis Anak Korban Gempa Lombok
Program Psikolog Kun Humanity System, Dien Fakhri Iqbal mengatakan anak-anak masih terlihat tertawa, tapi mereka mengalami tekanan psikologis yang . .
Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Korban bencana Lombok masih terus ditempa gempa susulan, setelah Minggu malam (19/8/2018) kembali diguncang gempa dengan kekuatan 7,0 skala ritcher hingga Senin sore (20/8) dan Selasa pagi (21/8), Lombok masih terus diguncang gempa susulan.
Organisasi Kun Humanity System telah memberangkatkan tim menuju lokasi gempa pada Selasa (7/8/2018) dan beberapa timnya ada yang sudah kembali setelah menjalankan misi kemanusiaan selama satu minggu.
Kun Humanity System pun membagikan video keadaan yang terjadi saat gempa Lombok di rooftop Kun Humanity System, Jalan Dago Asri IV no 4.
• Puluhan Warga Kota Cirebon Salat Iduladha Hari Ini, Lalau Disambung Penggalangan Dana untuk Lombok
Di video tersebut tampak puing-puing rumah yang sudah rata di atas tanah. Tempat penampungan korban yang belum layak karena masih dibuat dari terpal tanpa ada sekat antara lansia dan balita.
Beberapa anak tampak berlari kesana-kemari, raut wajah ketegangan tak terlalu terlhat di wajah polosnya.
Program Psikolog Kun Humanity System, Dien Fakhri Iqbal mengatakan anak-anak masih terlihat tertawa, tapi mereka mengalami tekanan psikologis yang cukup kencang.
"Secara psikologis, trauma yang didapatkan anak-anak itu akan mengakibatkan usia mentalnya mundur satu tahun," ujar Iqbal, Minggu (19/8/2018).
Artinya, jika anak tersebut berusia 5 tahun, tapi mentalnya akan terlihat seperti anak berusia 4 tahun.
MUI Akhirnya Keluarkan Fatwa untuk Vaksin MR, Haram atau Tidak? https://t.co/83pjdj45mB via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) August 21, 2018
Oleh karena itu, Iqbal mengatakan kondisi anak-anak korban gempa membutuhkan bantuan terapi psikososial.
"Mereka harus dikumpulkan dan dibuat jadwal rutin seperti kapan harus makan, mandi, belajar, dan bermain," ujar Iqbal.
Iqbal menjelaskan, rutinitas yang dahulunya mereka lakukan dibuat kembali teratur supaya anak-anak tidak akan tumbuh menjadi liar.
Jika anak dibiarkan dan tidak ditata ulang rutinitasnya maka akan timbul masalah baru.
"Ya nanti ketika ada bala bantuan lalu ada mainan, mereka akan jadi rebutan dan bertengkar dan justru menjadi masalah baru yang akan panjang," ujar Iqbal.
Tak hanya anak-anak, orang dewasa maupun lansia pun mengalami trauma yang sama. Namun, penanganan secara psikologis akan lebih lama kepada korban anak. (*)