Kisah Muhammad Al Fatih Sang Penakluk, Sultan Utsmaniyah yang Menginspirasi Dunia
Ada yang mengatakan beliau hendak menuju Itali untuk menaklukkan Roma ada juga yang mengatakan menuju Prancis atau Spanyol.
Penulis: Fauzie Pradita Abbas | Editor: Fauzie Pradita Abbas
Semenjak kecil, beliau telah mencermati usaha ayahnya untuk menaklukkan Konstantinopel. Bahkan beliau telah mengkaji usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam untuk menaklukkan Konstantinopel, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam.

Ketika beliau naik tahta pada tahun 1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar (kota/kota pelabuhan) tersebut.
Kekuatan Sultan Muhammad Al Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil ia di didik secara intensif oleh para ulama terkemuka di zamannya.
Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ulama' untuk mengajar anaknya (Sultan Muhammad Al Fatih), tetapi oleh Sultan Muhammad Al Fatih menolaknya.
Lalu, dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Sultan Muhammad Al Fatih jika beliau membantah perintah gurunya.
Menjadi Penguasa Utsmani
Sultan Muhammad II diangkat menjadi Khalifah Utsmaniyah pada tanggal 5 Muharam 855 H bersamaan dengan 7 Febuari 1451 M. Program besar yang langsung ia canangkan ketika menjabat sebagai khalifah adalah menaklukkan Konstantinopel.
Langkah pertama yang Sultan Muhammad lakukan untuk mewujudkan cita-citanya adalah melakukan kebijakan militer dan politik luar negeri yang strategis.
Ia memperbarui perjanjian dan kesepakatan yang telah terjalin dengan negara-negara tetangga dan sekutu-sekutu militernya. Pengaturan ulang perjanjian tersebut bertujuan menghilangkan pengaruh Kerajaan Bizantium Romawi di wilayah-wilayah tetangga Utsmaniah baik secara politis maupun militer.
Menaklukkan Bizantium
Al Fatih juga menyiapkan lebih dari 4 juta prajurit yang akan mengepung Konstantinopel dari darat. Pada saat mengepung benteng Bizantium banyak pasukan Utsmani yang gugur karena kuatnya pertahanan benteng tersebut.

Pengepungan yang berlangsung tidak kurang dari 50 hari itu, benar-benar menguji kesabaran pasukan Utsmani, menguras tenaga, pikiran, dan perbekalan mereka.
Pertahanan yang tangguh dari kerajaan besar Romawi ini terlihat sejak mula. Sebelum musuh mencapai benteng mereka, Bizantium telah memagari laut mereka dengan rantai yang membentang di semenanjung Tanduk Emas. Tidak mungkin bisa menyentuh benteng Bizantium kecuali dengan melintasi rantai tersebut.
Tersangka Pengeroyok Ricko Andrean: Saya Mohon Maaf yang Sebesar-besarnya https://t.co/OtvFvCbWPI via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) August 2, 2017
Akhirnya Sultan Muhammad Al Fatih menemukan ide yang ia anggap merupakan satu-satunya cara agar bisa melewati pagar tersebut.
Ide ini mirip dengan yang dilakukan oleh para pangeran Kiev yang menyerang Bizantium di abad ke-10, para pangeran Kiev menarik kapalnya keluar Selat Bosporus, mengelilingi Galata, dan meluncurkannya kembali di Tanduk Emas, akan tetapi pasukan mereka tetap dikalahkan oleh orang-orang Bizantium Romawi.