Tim Muhibah Angklung

Ini 9 Fakta Seputar Tim Muhibah Angklung, Dari Ditinggal Sponsor Sampai Ngamen di Eropa

Melalui tulisan ini akan dirangkum sejumlah fakta dari Tim Muhibah Angklung selama perjalanan di Eropa, simak selengkapnya

Penulis: Yongky Yulius | Editor: Theofilus Richard
Tribun Jabar/ Yongky Yulius
Ketua Tim Muhibah Angklung Maulana, Paguyuban Pasundan, Muhammad Syuhada (41) (kanan), konduktor tim, Irma Noerhaty (45) (tengah), dan anggota tim, saat ditemui Tribun Jabar sekitaran Jalan Batik Tiga Negeri, Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Kamis malam (2/8/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Yongky Yulius

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Tim Muhibah Angklung, Paguyuban Pasundan, Bandung telah kembali ke tanah air pada Selasa (31/7/2018) setelah selama 32 hari berada di Eropa untuk mengikuti tiga festival.

Tiga festival yang diikuti oleh Tim Muhibah Angklung adalah 59th International Folklore Festival of Nasreddin Hodja di Aksehir, Turkey, pada 4-10 Juli 2018, 13th International Youth Festival of Arts (IYFA) “Muzite” di Sozopol, Bulgaria, pada 10-15 Juli 2018, dan International Music and Folk-Dance festival “Summer in Visoko” in Visoko, di Sarajevo, Bosnia and Herzegovina, pada 20-25 Juli 2018.

Namun, beranggotakan 36 orang dengan rentang usia 15-19 tahun itu terpaksa harus ngamen di sejumlah kota di Eropa, tinggal di KBRI, KJRI, atau rumah warga, dan mengandalkan donasi lantaran kekurangan biaya.

Suhu Dingin Kota Bandung Diprediksi Masih Berlangsung Dua Hari Kedepan

Melalui tulisan ini akan dirangkum sejumlah fakta dari Tim Muhibah Angklung selama perjalanan di Eropa, simak selengkapnya:

1. Sponsor Menarik Diri

Sepekan sebelum berangkat, (tim berangkat pada 28 Juni 2018 ke Amsterdam, Belanda), pihak sponsor yang akan membiayai tim angklung itu menarik diri.

Padahal, dibutuhkan sekira Rp 1,5 milyar selama tim beranggotakan 36 orang itu berada di Eropa dalam satu bulan, hingga kembali ke tanah air.

2. Alasan Berangkat

Meskipun tak ada pihak yang membiayai, Tim Muhibah Angklung tetap mencoba untuk berangkat.

Alasannya, mereka tak ingin di-blacklist atau dipandang buruk oleh penyelenggara festival tersebut.

Apalagi, mereka mewakili nama Indonesia untuk mengenalkan angklung di tingat dunia.

"Selain itu kami juga sudah terlanjur mengonfirmasi akan datang. Beruntung, menjelang keberangkatan, ada sebuah bank yang membiayai, tapi hanya membiayai pesawat keberangkatan pada 28 Juni 2018 dan pulang saja," ujar Ketua Tim Muhibah Angklung Maulana Muhammad Syuhada (41), saat ditemui Tribun Jabar di Jalan Batik Tiga Negeri, Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Kamis (2/8/2018) malam.


BMKG Jabar: Gelombang Tinggi dan Angin Kencang Berpotensi Melanda Wilayah Jawa Barat

3. Meraih Grand Prix

Perjuangan Tim Muhibah Angklung di Eropa tak sia-sia, mereka berhasil menaklukan benua biru.

Pada festival di Sozopol, Bulgaria, Tim Muhibah Angklung berhasil meraih juara umum dari seluruh kategori atau meraih Grand Prix.

4. Orang Tua Sempat Merasa Khawatir

Srilina Ayuni (40), orang tua dari Giany Fadia Haya (18), tak memungkiri dia merasa khawatir terhadap keadaan anaknya di Eropa.

Namun, rasa khawatirnya terobati ketika dia percaya kepada Paguyuban Pasundan yang menaungi tim angklung itu.

"Saya berserah sama Allah, sama Ketua Paguyuban Pasundan. Selain itu saya juga melihat sepak terjang Tim Muhibah Angklung yang sangat bagus," ujarnya saat dihubungi Tribun Jabar melalui sambungan telepon, Jumat (20/7/2018).

5. Memperoleh 6,5 Juta Sekali Ngamen

Maulana mengatakan, ngamen atau konser jalanan di Eropa, bukan merupakan hal yang tercela.

"Justru di sana ngamen merupakan bentuk mengekspresikan musik. Main di jalan malah diapresiasi. Kalau enggak main seperti itu justru kami enggak dikenal. Yang antusias mendorong untuk ngamen juga malah orang sana," katanya.

Malah, ketika singgah di Swiss sebelum pulang dari Amsterdam, Belanda ke Indonesia, tim pernah memperoleh uang sekitar Rp 6,5 jutaan dalam sekali mengadakan konser kecil-kecilan tersebut.

Tim Muhibah Angklung, Paguyuban Pasundan, saat 'ngamen' atau mengadakan konser jalanan di Postdam, Jerman.
Tim Muhibah Angklung, Paguyuban Pasundan, saat 'ngamen' atau mengadakan konser jalanan di Postdam, Jerman. (Istimewa)

Santap Aneka Martabak Rasa Kekinian di Kedai Martabrak, Topingnya Bisa Pilih Sendiri

6. Perjalanan 26 Jam

Ada satu pengalaman yang dirasa Maulana cukup membuat mental anggota tim terbentuk.

Pengalaman itu adalah ketika harus melakukan perjalanan menggunakan bus (tim selalu menggunakan transportasi bus di Eropa) dari Budapest, Hungaria pada tanggal 2 Juli 2018 ke Istanbul, Turki.

"Trip dari Budapest ke Istanbul itu perkiraan 15 jam, tapi ternyata realisasinya 26 jam karena di tiap checkpoint (perbatasan negara) antrenya luar biasa," ujar Maulana.

7. Banyak Pihak Membantu

Maulana mengatakan, ada sejumlah pihak yang sangat membantu tim selama di Eropa.

Pihak itu adalah Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Istanbul, Turki; Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Sofia, Bulgaria; dan KBRI Sarajevo, Bosnia.

"Yang lain juga membantu, seperti KBRI Berlin, mereka menyumbang. Di Budapest juga, kami bisa tampil di Basilika karena yang mengurus izin mereka. Di Belanda, Amsterdam, malah yang punya Salero Minang yang bantu kami, dimasakin," ujar Maulana.

Telkom Berikan Layanan untuk Penggemar Game Online

8. Pengalaman Anggota Tim

Yohan Ferry (16), anggota tim yang berasal dari SMAN 20 Bandung, mengatakan, pengalaman yang paling berkesan adalah ketika dia mengikuti festival pertama di Aksehir, Turki pada 4-10 Juli 2018.

"Di sana dapat teman dari negara lain. Di sana kami bisa saling ngasih tahu keunikan negara masing-masing, kenalin tari masing-masing," ujarnya saat ditemui Tribun Jabar sekitaran Jalan Batik Tiga Negeri, Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Kamis (2/8/2018) malam.

Dia juga tak keberatan saat tim harus ngamen atau mengadakan konser jalanan untuk menutupi kekurangan biaya.

9. Rahasia Bisa Juara

Konduktor tim, Irma Noerhaty (45), membeberkan rahasia tim angklung tersebut bisa meraih juara.

Menurutnya, pesan lagu yang disampaikan oleh Tim Muhibah Angklung bisa tersampaikan dengan baik kepada penonton.

"Mungkin karena penyampaian musik ke penonton. Dari segi ketepatan, kerapian tim kami mungkin belum sampai ke sana. Tapi, untuk "menyentuh" penonton, kami mungkin sudah sampai ke sana. Saya pernah didatangi penonton atau peserta lain, mereka bilang anak-anak senyum seperti bahagia dan ramah," kata Irma saat ditemui Tribun Jabar di Jalan Batik Tiga Negeri, Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Kamis (2/8/2018) malam.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved