''Brownies'' yang Satu Ini Tak Bisa Dimakan, Bisa Dipakai di Kamar Mandi Sambil Berdendang

Warga Jalan Garuda, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, itu berupaya mencari cara untuk mengatasi hal tersebut.

Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: Ichsan
tribunjabar/ahmad imam baehaqi
Sabun mandi buatan Yenny Yuly Prayogo, warga Cirebon 

"Bukan cuma kue, bentuk lainnya juga ada. Misalnya, bunga, topi, gaun, dan lainnya," ujar Yenny Yuly Prayogo.

Ia memilih bentuk sabun herbal yang tidak biasa itu karena mencintai seni.

Bahkan, beberapa produk sabun herbal Yenny juga ada yang dibuat menggunakan teknik decopath.


Karenanya, Yenny menganggap bisnis yang ditekuninya itu sebagai wadah penyaluran kecintaannya akan seni.

Seluruh proses pembuatan sabun itu dikerjakan di ruang tengah lantai 2 rumahnya.

Puluhan botol minyak zaitun tampak berjejer di meja kecil berukuran kira-kira 1 x 1 meter.

Sebuah rak setinggi kira-kira 1,5 meter berada persis di sisi kanan meja tersebut.

Di dalamnya terdapat madu, kopi, susu, dan pewarna makanan yang digunakan untuk membuat sabun herbal.

"Bahan-bahannya alami semua, untuk warnanya juga menggunakan pewarna makanan yang aman dikonsumsi," kata Yenny Yuly Prayogo.

Di ruangan itupun terdapat rak yang digunakan untuk menyimpan sabun yang sudah jadi.

Namun, menurut Yenny, sebelum bisa digunakan sabun itu harus didiamkan selama kira-kira 2 minggu untuk menghilangkan kadar airnya.

Namun, Yenny mewanti-wanti agar sabun herbal buatannya itu tidak dimakan meski dibuat menggunakan bahan makanan asli.

"Aman dalam artian digunakan untuk kebersihan dan perawatan tubuh, bukan dimakan," ujar Yenny sambil tertawa.


Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved