PPDB SMP

PPDB SMP Negeri Sepi Peminat, Wakil Wali Kota Tasikmalaya Tanggapi Begini

Dari 21 SMP Negeri yang ada di Kota Tasik 8 sekolah di antaranya malah sepi peminat dan masih menyisakan kuota kosong.

Penulis: Isep Heri Herdiansah | Editor: Dedy Herdiana
Kolase TRIBUN JABAR /portal.tasikmalayakota.go.id
Wakil Wali Kota Tasikmalaya Drs. H. Muhammad Yusuf 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Isep Heri

TRIBUNJABAR.ID, TASIKMALAYA - Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Tasikmalaya menggunakan mekanisme daring baik untuk jalur akademik maupun nonakademik.

Sistem tersebut digunakan di 21 SMP Negeri yang ada di Kota Tasikmalaya berbarengan dengan diterapkannya sistem zonasi pada PPDB tingkat SMP tahun ini.

PPDB secara daring tersebut dilaksanakan pada 2 hingga Juli Kemarin, dan pengumuan hasil pada Senin (9/7/2018) ini.

Kronologi Pembunuhan Sadis di Cirebon, Tarsewi Sempat Pegang Luka Gorok Sambil Meregang Nyawa

8 SMP Negeri di Kota Tasikmalaya Masih Banyak Sisa Kuota, Disdik Perpanjang Waktu PPDB

Meski demikian, sistem zonasi yang diharapkan mengikis paradigma sekolah unggulan atau sekolah favorit belum berjalan optimal.

Pasalnya dari 21 SMP Negeri yang ada di Kota Tasik 8 sekolah di antaranya malah sepi peminat dan masih menyisakan kuota kosong.

Walhasil dinas Pendidikan Kota Tasik menambah waktu PPDB tingkat SMP hingga Sabtu (14/7/2018).


Menanggapi hal tersebut, Wakil Wali Kota Tasikmalaya, Muhammad Yusuf berharap disdik melakukan evaluasi dan lebih gencar mensosialisasikan untuk menghilangkan paradigma yang masih menempel di masyarakat.

"Saya berharap dinas pendidikan bisa melakukan sosialisasi kepada masyarakat, karena kurikulum sekolah semua itu sama, jadi saat ini tidak ada sekolah favorit," Kata pria yang biasa mengenakan kaca mata tersebut, Senin (9/7/2018) Sore.

Menurut hemat dia, sistem zonasi harusnya berdampak terhadap pemerataan peserta didik di sekolah-sekolah yang ada.

"Ada zonasi dimana calon peserta didik disekitar sekolah dijadikan prioritas, maksudnya kan biar ada pemerataan, image sekolah favorit mestinya dihilangkan," ujarnya.

Lebih lanjut Yusuf mengatakan, bahwa para orang tua calon siswa juga harus merubah pola pikir dan harusnya menganggap sekolah manapun adalah unggulan.

"Anggap semua sekolah adalah sekolah favorit, tinggal bagaimana nantinya mengemas agar seluruh sekolah memiliki daya saing," jelasnya.

Evaluasi, sebut Yusuf harus dilakukan ada pemerataan di setiap sekolah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved