Orangtua Arya Bingung dan Sedih, BPJS Tak Bisa Digunakan Sementara Arya Tak Kunjung Sembuh

Selama dirawat di PICU RSHS, Arya sudah menjalani lima kali pengobatan plasmapheresis, namun belum ada tanda-tanda dia akan terbangun dari komanya.

Penulis: Yongky Yulius | Editor: Seli Andina Miranti
istimewa
Arjuna Arya Atarahman terbaring koma di ruangan Pediatric Intensive Care Unit (PICU) Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Yongky Yulius

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Suami istri Apit Sopian (34) dan Yani Suryani (30) mengaku bingung mengenai kondisi anak semata wayangnya, Arjuna Arya Atarahman (6) yang menderita penyakit langka Guillain Barre Syndrome (GBS).

Sebelumnya diberitakan, Arya adalah bocah laki-laki asal Kabupaten Bandung yang sudah sejak 8 Juni 2018 terbaring di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung karena penyakit GBS dan saat ini sedang dalam kondisi koma sejak 20 Juni 2018.

"Bingungnya ya sudah dirawat sejak 8 Juni tapi masih koma. Lalu, kami juga bingung masalah biaya," kata Apit saat ditemui Tribun Jabar di saat ditemui Tribun Jabar di di RSHS, Jalan Pasteur, Kota Bandung, Selasa (3/7/2018).


Selama dirawat di PICU RSHS, Arya sudah menjalani lima kali pengobatan plasmapheresis.

Namun, belum ada tanda-tanda dia akan terbangun dari komanya.

"Padahal biasanya, dua kali plasmapheresis orang yang terkena GBS akan mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik, tapi ini belum. Dokter juga bilang semoga ada keajaiban dari Allah," ujar Apit dengan nada suara pelan.

Kemudian, selama ini, pengobatan Arya menggunakan jalur umum.

Pasalnya, awalnya Arya tidak memiliki BPJS.

"Setelah Arya dirawat, saya segera mengurus pembuatan BPJS. BPJS keluar pada hari setelah lebaran, tapi karena saat awal masuk Arya lewat jalur umum, maka BPJS tersebut tidak bisa digunakan," kata Apit menjelaskan.

Saat pendaftaran awal, dia juga sudah melampirkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dan akan mendapatkan bantuan dana 5 juta.

Baca: Petugas PPDB SMPN 48 Bandung Layani Pendaftar sampai Magrib

Tapi, karena ada kendala administrasi, Arya belum mendapatkan bantuan dana tersebut.

Di ruangan PICU, alat bantu pernafasan dan alat medis lainnya terpaksa harus menempel di tubuh mungil bocah berusia enam tahun itu.

Matanya terpejam, kepalanya tampak terbaring di atas bantal berwarna kuning.

Sementara, guling kecil berwarna merah muda terlihat ditempatkan di samping bocah asal Kampung Campaka, Desa Pangguh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung,

Apit tampak duduk setia menunggu bersama istrinya, Yani, di kursi tunggu yang tak jauh dari ruang PICU.

Saat berbincang, sesekali dia mencoba melempar senyum seolah sedang menyembunyikan kesedihan yang begitu mendalam.

Baca: Kronologi Arya Diserang Penyakit Langka GBS, Tiba-tiba Sering Terjatuh

Ketika bercerita, tak jarang Apit dan Yani saling bertatapan.

Saat ini, mereka sedang mengalami kendala biaya selama di rumah sakit.

Apit mengatakan, jika ditotalkan dari hari pertama masuk hingga saat ini, dia harus membayar lebih dari Rp 100 juta untuk pengobatan anaknya, di mana biaya Plasmapheresis sebesar Rp 50 juta, biaya obat-obatan dari depo sebesar Rp 50 juta, dan biaya ruang PICU selama 25 hari kurang lebih sebesar Rp 62 juta.

Padahal, Apit sehari-hari bekerja sebagai guru honorer SMP MTS di Bandung dan Yani adalah seorang ibu rumah tangga.

Dia pun sudah membuka donasi melalui laman Kitabisa.com di https://kitabisa.com/aryamelawangbs.

Baca: Korban Jiwa Capai Ratusan, Ini 3 Kecelakaan Kapal di Indonesia yang Menelan Banyak Korban

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved