Alasan Mengapa Jasad Korban KM Sinar Bangun Tak Mengambang di Permukaan

Ketika jasad para korban sudah ditemukan, satu pertanyaan pun muncul. Mengapa jasad-jasad itu tidak mengambang ke permukaan?

Penulis: Indan Kurnia Efendi | Editor: Mas Kisdiantoro
Tribun Medan
Jasad yang diyakini korban KM Sinar Bangun ditemukan dalam kondisi masih utuh 

"Kami juga berkonsultasi dengan dokter forensik dari UI. Saya tanya, ‘dok, ini kenapa kok para jasad ini enggak naik ke atas? Kalau temperaturnya dingin di dasar Danau Toba, itu seperti kita menaruh makan di kulkas, jadi reaksi pembusukannya lambat," jelasnya, Kamis (28/6/2018), mengutip dari Kompas.com.

Menurut Sierjanto, bila ingin membuat jasad naik ke permukaan, diperlukan gas duna menambah berat jenis.

Sayangnya, karena terhalang kedalaman dan suhu dingin, jasad-jasad tersebut tak mengapung di permukaan air.

"Sehingga jumlah gasnya tidak cukup membuat berat jenis manusia ini lebih ringan dari angin, sehingga kenapa jasad-jasad tersebut tidak mengapung, atau sebagian yang mengapung," kata Soerjanto.

Sementara itu, berdasarkan analisis ahli geologi Gagarin Sembiring yang merujuk pada beberapa penelitian, tidak munculnya jasad korban berkaitan dengan kedalaman air.

Seperti diketahui, Gunung Toba mengalami tiga kali erupsi besar.

Pada letusan pertama sekitar 850 ribu tahun lalu dan membentuk kaldera di kawasan Porsea dan Sibaganding, sebelah utara Danau Toba.

Adapun letusan ketiga adalah yang terdahsyat, terjadi sekitar 74.000 tahun lalu. Besarnya material yang dimuntahkan menghasilkan Kaldera Toba, erupsi ini terkenal dengan sebutan Super Volcano.

nah, Kaldera itulah yang kini disebut-sebut menjadi kuburan bangkai KM Sinar Bangun.

"Posisi bangkai kapal Sinar Bangun berada di Kaldera Haranggaol yang meledak 500.000 tahun lalu. Letaknya di sebelah utara, ini wilayah terdalam Danau Toba," kata Gagarin, mengutip dari kompas.com.

Ia menjelaskan, kedalaman Danau Toba disebutkan 500-an meter lebih, berdasarkan Hasil penelitian terakhir yang dilakukan perguruan tinggi milik Amerika Serikat.

"Dengan kedalaman seperti itu, jasad dan bangkai kapal juga butuh waktu untuk sampai ke dasar meskipun dalam keadaan tanpa arus. Sehingga jasad korban juga butuh waktu untuk naik ke atas," kata Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Pengurus Daerah Sumut ini.

"Ini bisa dijadikan pertimbangan. Kita juga belum pernah melakukan simulasi berapa kecepatan turun dan naiknya sehingga bisa memperkirakan berapa baru baru muncul di permukaan," sambungnya.

"Belum lagi kita bicara hipotesa lain, misalnya ternyata kapal awalnya berada di dasar yang miring, bukan yang terdalam. Lalu meluncur ke bawah, menyebabkan arus turbidit serta lumpur ke permukaan. Mungkin di bawah sudah tercampur lumpur," ujarnya.

(TribunJabar.id/Kompas.com/Tribun Medan - Indan Kurnia/Tarsisius Sutomo)

Baca: Hasil Kualifikasi MotoGP Belanda 2018 - Marc Marquez Mulai Balapan Posisi Paling Depan

Baca: Uu Ruzhanul Ulum Merasa Heran Kalah Telak di Tasikmalaya

Baca: Hotman Paris Semakin Berani, Mesra Bareng Istri, Pamer Vila Paling Mahal

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved