Kisah Hijrah

Maman Dolok, Mantan Preman Terminal yang Memilih Jadi Marbut, Berguru Kesaktian Hingga ke Banten

Kehidupan di terminal itu keras. Siapa yang kuat itulah yang bisa bertahan. Berkelahi, minum, dan judi adalah kegiatan sehari-hari

Penulis: Andri M Dani | Editor: Kisdiantoro
TRIBUNJABAR/ANDRI M DANI
Maman Dolok, mantan preman terminal yang sekarang memilih jadi marbot masjid. 

Maman justru berguru untuk menambah ilmu kekuatan supaya bisa tetap bertahan di terminal.

"Saya berguru ke Banten, di daerah Warga 40. Berangkat sebelum Gunung Galunggung meletus (1982). Pulangnya setelah Gunung Galunggung selesai meletus. Setahun lebih berguru di Banten, menambah ilmu kekuatan," ujar suami Yayu Sutiana, perempuan asal Cikalong, Tasikmalaya Selatan, itu.

Petrus

Sepulang dari Banten, Maman tidak bisa langsung kembali ke kehidupan terminal. Terlebih pada era 1982-1985 ketika sedang marak-maraknya aksi penembak misterius (petrus).

Yang jadi target adalah preman bertato banyak, sementara sekujur dada dan punggung Maman dipenuhi tato. Ini pula yang membuat Maman mulai didera ketakutan, takut didor.

Baca: Soal Meme Rp 100 Juta, Mahfud MD: Selesai dengan PKS, Sisanya Tinggal Masyarakat

"Saya akhirnya memilih pulang dan bersembunyi di rumah mertua di Cikalong," kata Maman sembari memperlihatkan sebagian tato yang ada di dada dan punggungnya, serta tonjolan tulang dadanya yang patah akibat berkelahi.

Maman mengatakan, hampir empat bulan ia mengungsi di rumah mertuanya hingga suasana reda.

Selama mengungsi, setiap ada sepeda motor yang lewat atau ada orang yang tak dikenal datang, Maman selalu ketakutan. Bawaannya curiga saja.

Maman baru kembali ke Terminal Ciamis setelah mendengar kabar bahwa tak semua preman bertato menjadi sasaran petrus. Ada pertimbangan-pertimbangan khusus.

Baca: Wanita 24 Tahun Klaim Bisa Mencium Aroma Orang yang Akan Segera Meninggal Dunia

Maman percaya karena mengetahuinya langsung dari petugas. Benar saja, sekembalinya ke terminal, situasi ternyata memang tak "segenting" yang ia duga.

Di terminal Maman kembali menjadi pengurus bus.

Ketika Terminal Ciamis pindah dari Jalan A Yani ke terminal baru di dekat Kompleks Pasar dan Stadion Ciamis, aktivitas Maman sebagai preman terminal pun ikut pindah. Uang banyak, rumah pun megah, bahkan memiliki sepeda motor hingga delapan buah.

"Tapi hidup ini selalu dilanda keresahan, tidur tak bisa nyenyak," ujar bapak empat anak yang kini juga sudah dikaruniai tiga cucu ini. (bersambung)

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved