Serangan Bom di Surabaya
8 Korban Tewas Bom di Surabaya dan Sidoarjo adalah Anak-anak, Begini Respons Presiden dan KPAI
Dari 25 korban meninggal, setidaknya seperti atau 8 orang termasuk dalam kategori anak-anak
Penulis: Tarsisius Sutomonaio | Editor: Tarsisius Sutomonaio
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Serangan teror bom terjadi di Jawa Timur dalam dua hari terakhir menewaskan 25 orang, termasuk para pelaku.
Pada Minggu (13/5/2018) pagi teror bom meledak di tiga gereja yang berbeda dalam waktu yang berdekatan.
Bom meledak di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel, GKI Jalan Diponegoro, dan di Gereja Pantekosta Jalan Arjuno.
Ledakan bom bunuh di tiga gereka ini mengakibatkan 18 orang tewas, termasuk 6 pelaku, dan 40-an orang dirawat di rumah sakit.
Cerita Hijrah Dirigen Viking Yana Umar: Ketakutan Saat dapat Hidayah Lewat Mimpi Kiamat https://t.co/Z2tzZdIwmI via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) May 14, 2018
Selanjutnya, pada Minggu (13/5/2018) malam, ledakan bom juga terjadi di Rusunawa Wonocolo Sepanjang, Sidoarjo.
Ledakan bom sekitar pukul 21.15 WIB itu menewaskan 3 orang dan dua dirawat rumah sakit.
Terbaru, bom juga meledak di Mapolrestabes Surabaya, Senin (14/5/2018) pagi.
Ledakan bom menewaskan 4 pelaku kemudian 6 polisi dan 4 warga terluka.
Baca: Pertandingan Lawan Persib Bandung Terancam Ditunda, Persebaya Tak Akan Gelar di Luar Surabaya
Anak-anak
Dari 25 korban meninggal, setidaknya seperti atau 8 orang termasuk dalam kategori anak-anak, merujuk UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Anak menurut UU itu adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Dua bersaudara, Vincencius Evan (11) dan Nathanael (8) menjadi korban meninggal ledakan bom di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela.
Sisanya adalah anak-anak para pelaku yang dilibatkan dalam bom bunuh diri.
Menu Buka Puasa Khas Timur Tengah di Crowne Plaza Bandung https://t.co/HyoG0O4sR7 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) May 14, 2018
Pasangan pelaku teror bom di tiga gereja di Surabaya, Dita Oepriarto dan Puji Kuswati, melibatkan 4 anak mereka yang masih di bawah umur.
Mereka adalah Yusuf Fadhil (17), Firman Halim (15), Fadhila Sari (12), dan Famela Rizqita (9).
Ledakan bom di Rusunawa Wonocolo Sepanjang, Sidoarjo, juga memakan korban 4 anak di bawah umur.
Keempat bocah itu anak dari terduga teroris pasangan Anton Febryanto (47) dan Puspita Sari (47).
Satu di antara empat anak itu meninggal, Rita Aulia Rahman (17).
Baca: AFC Sebut Persija Jakarta Punya Dukungan yang Sulit Ditandingi Tim dari Benua Manapun
Tiga bocah lainnya, Ainur Rahman (15), Faizah Putri (11), dan Garida Huda Akbar (10) dirujuk ke RS Bhayangkara.
Pelaku teror bom di Mapolrestabes Surabaya pada Rabu pagi (14/5/2018) juga melibatkan satu keluarga.
"Pelaku, ya inisial TM dan mereka sekeluarga lagi; bapak, ibu, dan anak-anak mereka," ujar Kapolri Tito Karnavian saat konferensi pers di Media Center Polda Jatim, Senin (14/5/2018).
Satu dari tiga bocah itu berusia 8 tahun dan masih dirawat di RS Bhayangkara. Usia 2 anak lainnya belum diketahui.
Kue keju Khas Jepang, Uncle Tetsu, Sudah Ada di Bandung Loh! https://t.co/DX45EVzvoM via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) May 14, 2018
Biadab dan Mengerikan
Teror bom yang melibatkan dan menelan korban anak-anak ini dikutuk Presiden Joko Widodo.
Jokowi mengecam setelah meninjau langsung lokasi ledakan bom di satu gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018) sore.
"Tindakan terorisme kali ini sungguh biadab, di luar batas kemanusiaan yang menimbulkan korban anggota masyarakat, anggota kepolisian, dan anak-anak tidak berdosa," katanya.
Dilansir dari Tribun Jakarta,kutukan serupa dilontarkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Baca: PSSI Benarkan Ada Asisten Wasit Dipukul di Pertandingan Kandang Borneo FC
"Melibatkan anak dalam aksi terorisme tentu saja tidak dibenarkan," ujar Komisioner KPAI Bidang Anak Berhadapan Dengan Hukum, Putu Elvina, di Bareskrim Polri, Senin (14/5/2018).
KPAI, ucapnya, menilai aksi terorisme yang melibatkan anak ini ada kesalahan pada aspek edukasi.
"Banyak anak-anak yang tercebur dalam radikalisme lebih kepada pemahaman yang salah di lingkungan keluarga yang memang merupakan aktor penyebar paham radikalisme maupun teror," ujarnya.
Putu Elvina menyebut melibatkan anak-anak dalam aksi teror adalah perbuatan yang sangat tega.
Wanita dan Anak Kecil Diduga Dibonceng Pengebom di Gerbang Mapolrestabes Surabaya https://t.co/GpKhNhZBEK via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) May 14, 2018
Pengamat teroris dari UIN Jakarta, Robi Sugara, menyebut teror bom bunuh diri yang dilakukan sekeluarga termasuk melibatkan anak-anak termasuk fenomena baru di Asia.
Dikutip dari Warta Kota, Robi Sugara mengatakan fenomena itu mengerikan.
Menurutnya, para terduga teroris itu mungkin punya alasan untuk mengubah strategi.
“Jika perempuan dan anak-anak terlibat, itu karena bisa jadi laki-laki sudah kurang strategis digunakan. Perempuan jauh lebih efektif dan emosional,” katanya.
Secara umum, ucapnya, ISIS di Timur Tengah pernah memakai wanita dan anak-anak sebagai medium bom bunuh diri. (*)