Mahathir Mohamad Hadapi Tantangan sebagai PM baru Malaysia, Termasuk Soal TKI
institusi kerajaan yang selama 61 tahun belakangan hanya mengenal satu pemerintahan di bawah Barisan Nasional.
Janji peningkatan upah minimum tersebut tentu saja ditunggu oleh para pekerja, termasuk tenaga kerja Indonesia di Malaysia karena diperlakukan sama.
Namun yang tidak kalah penting, kata Nasrikah, koordinator Serantau -perkumpulan tenaga kerja Indonesia di Malaysia- adalah pengampunan tenaga kerja gelap.
"Kita ingin adanya pengampunan, pemutihan seperti zaman Tun Mahathir pada tahun 1996 yang syaratnya agak lebih mudah. Tidak seperti sekarang ini, peraturan dan syaratnya banyak sekali jadi banyak permohonan yang gagal," kata Nasrikah.
Perceraiannya Jadi Sorotan, Sule 'Hilang', Lina Sempat Galau, Sudah 3 Bulan Pisah Ranjang https://t.co/Dko3qXEAjY via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) May 10, 2018
Di masa pemerintahan sebelumnya mulai 1981 hingga 2003, Mahathir disebut memerintah bagaikan seorang otokrat. Para penentangnya dijebloskan ke penjara, termasuk Wakil Perdana Menteri Anwar Ibrahim meski sekarang sudah berdamai dan berkoalisi.
Mengikuti jejak Anwar Ibrahim, Mior -warga Malaysia yang pernah dipenjarakan karena aktivitas politiknya- juga menyerukan lembaran baru.
"Saya serukan Mahathir untuk mengubah sistem baru, membuat yang bersih yang terbaik. Jangan tindas menindas, jangan ada dendam kesumat di hati. Yang sudah, sudah. Kita buka lembaran baru," tuturnya.
Mahathir Mohamad diambil sumpahnya sebagai perdana menteri ketujuh oleh raja yang berkuasa di Malaysia saat ini, Sultan Muhammad V.
Upacara digelar di Istana Negara, Kuala Lumpur, Kamis (10/5/2018) malam waktu setempat dan sesuai dengan undang-undang negara, raja yang berkuasa atau Yang di-Pertuan Agong mengambil sumpah perdana menteri.
Baca: Nahdlatul Ulama Jabar Laporkan Awal dan Akhir Ramadan 1439 H
Baca: Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa 17 Mei, Lebaran 15 Juni
Pengambilan sumpah sempat tertunda dan muncul berbagai teori konspirasi tentang keterlambatan pengukuhan Mahathir Mohamad sebagai perdana menteri meskipun hasil pemilu sudah diumumkan beberapa jam sebelumnya.
Istana Negara membantah tudingan pihaknya menunda pengambilan sumpah perdana menteri baru namun harus melalui prosedur yang berlaku sehingga memerlukan waktu.
Sebelum dilantik, Mahathir Mohamad mengatakan bahwa sesuatu yang sebelumnya tidak disangka, pada akhirnya bisa terwujud.
Ketika menuju Istana Negara, Mahathir Mohamad menggunakan limosin Proton Perdana dengan nomor "Proton 2020".
Nomor itu mencerminkan visi Mahathir Mohamad yang pernah digagasnya ketika menjadi perdana menteri sebelumnya untuk menjadikan Malaysia sebagai negara maju tahun 2020.
Selain didampingi istrinya, Siti Hasmah Ali, Mahathir didampingi oleh para pemimpin partai-partai yang tergabung dalam koalisi Pakatan Harapan.