Rusuh di Rutan Mako Brimob
Teroris Bunuh Sandera di Mako Brimob Secara Sadis, Polwan pun Habis Dianiaya hingga Giginya Rontok
Menteri koordinator Bidang Politik, Hukum dan Kemanan (Menko Polhukam) Wiranto dalam keterangan pers resmi dari. . .
Setyo menuturkan, Bripka Iwan yang telah mengalami penyanderaan lebih dari 24 jam itu mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya terutama di bagian wajah.
"Ia mengalami luka-luka berat di bagian wajah dan di beberapa bagian tubuhnya. Sekarang yang bersangkutan sudah dibawa ke RS Polri untuk ditangani lebih lanjut," terang Setyo
Menurut Setyo, pembebasan Bripka Iwan bisa terwujud berkat hasil negosiasi yang diupayakan oleh Tim Negosiator Polri. Negosiasi antara Tim Negosiator dan para narapidana teroris itu sepakat untuk menukarkan Bripka Iwan dengan persediaan makanan bagi para narapidana teroris yang berada di dalam blok tahanan.
"Bisa dibebaskan karena hasil negosiasi oleh Tim, dengan cara menukarkan Bripka Iwan dengan sepaket persediaan makanan untuk para penyandera," imbuh Setyo.
Keji, itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan prilaku barbar napi teroris terhadap petugas kepolisan wanita yang melakukan penjagaan dalam Rutan Mako Brimob.
Terlihat polwan Sulastri yang sempat disandera napi mengalami luka dibagian wajah. Dia habis dihajar para laki-laki napi teroris.
Kondisi terakhir polwan Sulastri diupdate oleh akun Brigjen. Pol. Krishna Murti yang kini menjabat sebagai Karomisinter Divhubinter Polri.
Krishna Murti mengunggah foto Sulastri di dalam akun media sosial miliknya, Rabu (10/5/2018).
Polisi penyidik dilatih untuk bermental humanis. Para napi teroris bermental membunuh.. ..
..
Lihat perilaku mereka thd Iptu Polwan Sulastri giginya habis dihajar para teroris laki2... Apakah mereka tau kalau beliau adalah perempuan..??? #kamibersamapolri #kmupdates
Kerusuhan berdarah pecah di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat sejak Selasa (8/5) malam mengakibatkan lima anggota Polri gugur, dan seorang terpidana tewas.

instagram.com/krishnamurti_91
Sekelompok tahanan terorisme, diperkirakan berjumlah 130 orang, masih bertahan di Blok A, B, dan C Rumah Tahanan Brimob hingga Rabu (9/5) malam.
Mereka menguasai enam pucuk senjata laras panjang dan lima senjata laras pendek, serta menyandera seorang anggota Densus 88 Antiteror Polri.
Kerusuhan Mako Brimob pecah sejak Selasa (8/5) malam, sekitar pukul 20.20 WIB. Insiden diduga diawali tahanan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) asal Sumatera Selatan Wawan Kurniawan alias Abu Afif.
Berdasarkan informasi dari sumber di kepolisian, Wawan menjalani sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Selasa (8/5), dibesuk keluarganya yang juga membawa makanan untuknya. Namun, pengawal dari Densus 88 melarang pemberian makanan itu sehingga membuat Wawan marah.
"Sipir ***ing," suara Wawan berteriak bergema dari satu ruangan di Blok C, Rumah Tahanan, Markas Komando Brimob. Selepas teriakan itu, seorang polisi bernama Muhammad Ramdani mendekati sel.
Lantaran makanan itu dibawa petugas bernama Budi, Ramdani tak bisa memberikan makanan yang diminta dan akan mengusahakan makanan tersebut datang selepas salat isya. Tak lama berselang, keributan muncul di blok. Pintu menuju tempat olahraga dijebol dari penghuni Blok C
"Pemicunya adalah hal yang sepele, masalah makanan," kata Brigjen Mohamad Iqbal.
Wawan Kurniawan alias Abu Afif merupakan pimpinan Jamaah Ansharut Daulah Pekanbaru, Riau.
Wawan ditangkap lantaran terlibat dalam latihan militer di Jambi dan Riau.
Saat ditangkap pada Oktober 2017, Wawan diduga punya peran memotivasi kelompoknya menyerang kantor polisi. Kelompok ini latihan persiapan teror (i'dad) dan latihan menembak di Bukit Gema, Kabupaten Kampar, Riau.
Salah satu peserta latihan adalah Beni Samsu Trisno (BST) alias Abu Ibrohim. Beni diduga terlibat perencanaan aksi teror dengan target kantor polisi di Pekanbaru. Ia ikut dicokok polisi pada Oktober 2017.
Tekait makanan yang dibawa keluarga ketika menjenguk Wawan, polisi melarang karena jamak diketahui di kalangan aparat, termasuk di lembaga pemasyarakatan, tahanan atau narapidana (napi) terorisme kerap kali mendapatkan barang-barang selundupan dari keluarga atau penjenguk, termasuk melalui makanan.
Barang tersebut, sekalipun tidak berbahaya, tak jarang berupa surat atau catatan, dari sesama anggota jejaring terorisme yang diindikasi cukup berisiko ketika menjadi cara mereka menebar pemahaman ekstrem/radikal.
Oleh karena itu, aparat bersikap lebih tegas. Kemarahan Wawan berlanjut setelah persidangan dan kembali ke tahanan di Mako Brimob. Selasa sekitar pukul 17.00 WIB, Wawan menuntut dipertemukan dengan petugas untuk memprotes soal larangan pemberian makanan, sebelumnya.
Namun, petugas yang ingin ditemui Wawan sedang tidak di tempat, dan Wawan diminta bertemu keesokan harinya.
Wawan rupanya tidak puas. Sekitar pukul 20.00 WIB, Wawan memprovokasi tahanan lain untuk membuka paksa sel mereka di Blok A, B, dan C Rumah Tahanan Markas Komando Brimob Depok.
Mereka kemudian merangsek ke ruang interogasi, yang saat itu sedang ada polisi wanita Sulanstri yang tengah memeriksa tahanan baru, anggota JAD dari Ambon.
Para napi kemudian merebut senjata Sang Polwan dan memukulinya.
Dari insiden inilah kemudian para tahanan teroris menyerang aparat lainnya dan menyandera mereka.
Para tahanan bahkan menjarah gudang barang bukti dan merebut sedikitnya enam senjata laras panjang dan lima senjata laras pendek.

Lima anggota personel Polri tewas mengenaskan dalam aksi ini.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen M Iqbal, mayoritas luka yang dialami oleh korban adalah luka tembak dan luka tusuk yang dalam.
"Yang jelas dari 5 rekan-rekan yang gugur, mayoritas luka akibat senjata tajam di leher. Dan luka itu sangat dalam. Ada juga satu orang luka di kepala akibat tembakan. Juga ada luka di dada kanan. Mayoritas rekan-rekan kami yang gugur luka pada sekujur tubuh, paha, lengan, jari akibat senjata tajam," jelas Iqbal kepada awak media, Rabu (9/5/2018).
Dalam rilis yang diterima awak media berbagai cara sadis dilakukan oleh para narapidana untuk menghabiskan nyawa petugas kepolisian yang disandera.
"Semua luka yang sebabkan kematian dilakukan dari jarak dekat atau karena dalam kondisi korban tidak bisa melawan," demikian tulis rilis tersebut.
Briptu Fandi Setio Nugroho. Penyidik Densus 88 kelahiran 9 Desember 1988 itu mengalami luka gorok di bagian leher yang tembus dari leher belakang sampai tenggorokan. Lalu luka lecet di alis kiri dan luka terbuka di pipi kanan.
Bripda Syukron Fadhli. Pria kelahiran 9 Oktober 1977 itu mengalami luka tembak pada kepala bagian kiri, tepatnya di atas kuping tembus hingga kepala sebelah kanan, dan luka lecet di bagian paha kanan.
Bripda Wahyu Catur Pamungkas. Pria kelahiran 24 Mei 1994 itu luka akibat senjata tajam karena digorok dari leher sampai pipi kanan bawah. Selain itu, luka pada dagu kanan, dan luka tembak pada dahi sebelah kiri.