Komunitas 1.000 Guru, Terjun ke Pedalaman untuk Berbagi Pengetahuan

Alasan dibentuknya komunitas ini adalah, karena Jemi pernah kesulitan ketika menempuh pendidikan.

Tribun Jabar/Putri Puspita Nilawati
Humas komunitas 1.000 guru, Mutiara Tsarief (29) dan Tim media sosial, Regina Ariefenty (25) di Sabuga, Rabu (2/5/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Dalam rangka memperingati hari pendidikan nasional (Hardiknas), Indonesia Hijabfest menampilkan inspiring talk bersama Komunitas 1.000 Guru di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Rabu (2/5/2018).

Komunitas ini bukan terdiri dari 1.000 orang yang berprofesi sebagai guru, namun anggotanya terdiri dari berbagai macam profesi dan mengajar anak-anak di pedalaman.

Di acara inspiring talk, Humas komunitas 1.000 guru, Mutiara Tsarief (29) dan Tim media sosial, Regina Ariefenty (25) berbagai ilmu tentang komunitas yang menginspirasi ini.

Mutiara Tsarief mengatakan awal mula dibentuknya komunitas ini Jemi Ngadiono pada 2013 di Jakarta.


Alasan dibentuknya komunitas ini adalah, karena Jemi pernah kesulitan ketika menempuh pendidikan.

"Saat ini komunitas 1.000 guru sudah tersebar di 35 kota di seluruh Indonesia. Bandung menjadi kota pertama yang ikut bergabung," ujar Mutiara.

Kegiatan komunitas ini adalah Traveling and Teaching (TNT) yang dilakukan tiga sampai empat kali dalam setahun, selain itu ada juga Traveling and Giving (TNG).

Baca: Fakta di Balik Oknum Polisi Tampar Wanita Hingga Pingsan, Terungkap Masa Lalu Si Wanita

Mutiara menjelaskan TNT adalah kegiatan traveling ke daerah-daerah dan dalam satu hari datang ke sekolah yang memang butuh bantuan untuk berbagi soal apapun.

"Kita memberikan materi yang sudah dipersiapkan, selain itu ada juga pemberian materi mengenai profesi yang harus diperkenalkan kepada anak-anak pedalaman," ucapnya.

Misalnya Mutiara yang merupakan seorang psikolog berbagai informasi mengenai profesinya.

Ia mengatakan, banyak anak pedalaman yang tidak tahu bahwa di kehidupan ini ada banyak macam pekerjaan.


"Ketika lulus SD mereka hanya tahu membantu di sawah, berkebun, bertani dan untuk anak perempuan langsung menikah," ujarnya.

Tingginya angka pernikahan dini di daerah terpencil diakibatkan minimnya pengetahuan akan dunia pendidikan dan pekerjaan yang bisa dilakukan.

Saat ini komunitas 1.000 guru sudah mengadakan 14 kegiatan TNT dan 6 kali TNG.

Kegiatan yang akan berlangsung bulan ini diselenggarakan pada 11-13 Mei ke daerah Paseh Kabupaten Bandung, dan telah diikuti oleh 27 volunteer dari berbagai usia. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved