Kisah Perjuangan Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional yang Pernah Tak Tamat Sekolah
Ia mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia.
Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Fidya Alifa Puspafirdausi
Di dalam bidang segi lima itu, terdapat semboyan Tut Wuri Handayaniyang digunakan oleh ki Hajar Dewantara dalam melaksanakan sistem pendidikannya.
Pencantuman semboyan ini merupakan penghargaan dan penghormatan terhadap Bapak Pendidikan, Ki Hajar Dewantara.
Hari lahir Ki Hajar Dewantara yang bertepatan pada hari ini, Rabu (2/5/2018), diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Selama memperjuangkan pendidikan bangsa, Ki Hajar Dewantara membuat tiga semboyan.
Tiga semboyan itu adalah Ing Ngarasa Sung Tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan Tut Wuri Handayani (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik).
Di dalam lambang Kemendikbud juga ada belencong menyala bermotif garuda yang merupakan lampu yang khusus digunakan pada pertunjukan wayang kulit.
Belencong inilah yang membuat pertunjukan menjadi hidup.
Baca: Agar ASI Anda Subur dan Lancar, Konsumsi Daftar Makanan Ini
Baca: Cetak Gol ke Gawang Real Madrid, Joshua Kimmich Setara Legenda Bayern Muenchen dan Juventus

Sementara burung garuda yang menjadi motif belencong memberikan gambaran sifat dinamis, gagah perkasa, mampu dan berani mandiri.
Ekor dan sayap garuda digambarkan masing-masing lima yang memiliki arti satu kata dengan perbuatan Pancasilais.
Buku yang terletak di bawah garuda diartikan sebagai sumber bagi segala ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Warna putih yang hampir mendominasi gambar di dalam lambang berarti suci, bersih, dan tanpa pamrih.
Kuning emas pada nyala api berarti keagungan dan keluhuran pengabdian.

Sedangkan warna biru yang menjadi dasar lambang berarti pengabdian yang tak kunjung putus dengan memiliki padangan hidup yang mendalam atau pandangan hidup Pancasila.