Tribun Travel
Tangkuban Parahu, Kawah Raksasa Nan Elok di Puncak Gunung hingga Memasak Telur dari Rekahan Bumi
Begitu memasuki kawasan TWA Tangkuban Parahu, hawa segar akan makin terasa.
Penulis: Yulis Tribun Jabar | Editor: Fauzie Pradita Abbas
Sekaligus bisa menyaksikan puncak gunung mirip perahu terbalik.

"Itu mirip perahu terbalik. Makanya dinamakan Gunung Tangkuban Parahu," ujar Sodikin, warga sekaligus pedagang souvenir yang sudah puluhan tahun berjualan di sekitar kawah Ratu.
Dari puncak bukit, bau belerang masih tercium menyengat.
Bagi anda yang alergi bau, harap memakai masker.
Namun bagi anda yang tahan bau belerang, bisa menghirup udara segar yang bercampur belerang.
2013
Sodikin menginformasikan, kepulan asap salah satu sudut kawah itu adalah bekas erupsi tahun 2013.
"Asap dan lobang besar itu bekas letusan tahun 2013. Sampai sekarang asapnya terus mengepul," ujar Sodikin.
Pada tahun 2013, Sodikin sudah berjualan di sekitar lokasi. Letusan kala itu hanya berada di sekitar Kawah Ratu yang luasannya lebih dari 10 hektar.
"Ketika itu batu, pasir dan sebagainya hanya jatuh di kawah dan sekelilingnya. Ketika itu lokasi wisata ditutup selama 1 bulan," katanya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Van Bemmelen (1934), Tangkuban Parahu terbentuk setelah meletusnya Gunung Sunda Purba.
Gunung Sunda ini meletus hebat sekitar 50.000 tahun yang lalu.

Begitu hebatnya letusan sehingga meninggalkan lubang menganga dengan diameter 5-10 kilometer.
Lubang menganga bekas letusan tersebut di beri nama kaldera sunda.
Di dalam kaldera sunda inilah terbentuk gunung baru, yaitu Tangkuban Parahu.
Legenda Sangkuriang
Asal usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi/Rarasati.
Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang membuat sebuah telaga dan sebuah perahu dalam semalam.

Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang parahu itu sehingga mendarat dalam keadaan terbalik.
Parahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu.