Minta Terminal Layak di Lembang, Sopir Angkot: Sampah Saja Banyak di Pinggir Jalan Masuk

Pengalihan arus lalulintas untuk angkot diujicoba sampai Kamis sejak Selasa. Dari hasil evaluasi Ided mengaku efektif mengurai kemacetan.

Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Ravianto
Tribunjabar/Muhamad Nandri Prilatama
Angkot jurusan Stasiun Hall-Lembang saat memutar masuk ke area Pasar Lembang yang kondisi jalannya penuh sampah dan becek, Kamis (26/4/2018). 

TRIBUNJABAR.ID, LEMBANG - Sejumlah angkutan umum (angkot) daerah Lembang sejak Selasa (24/4) sampai Kamis (26/4) lalulintasnya diarahkan untuk melintas ke area belakang Pasar Panorama Lembang, untuk mengurai kemacetan yang berada di Jalan Panorama.

Ketua Federasi Serikat Pekerja Transportasi Seluruh Indonesia Jabar, Asep Keke meminta Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung Barat untuk terlebih dahulu membersihkan dan menyelesaikan trek angkot yang menuju area belakang, karena masih tampak banyaknya sampah dan jalan yang becek.

Berdasar pantauan Tribun, Pasar Panorama Lembang memang dalam proses revitalisasi. Area belakang pasar masih ada pembangunan ruko untuk penggilingan bakso dan masih banyaknya lapak-lapak pedagang kaki lima yang berserakan di area yang memang seharusnya diperuntukkan untuk Terminal Lembang.

"Saya sih inginnya Dishub buat dahulu terminal yang baru di belakang pasar ini sebelum menyuruh para sopir angkot untuk melewati ke area belakang. Kami dari serikat transportasi ingin adanya sarana penunjangnya, agar saat menunggu penumpang di area belakang pasar terasa nyaman, tapi ini justru dipakai oleh PKL," kata Asep di Pasar Lembang, Kamis (26/4).

Asep juga mempertanyakan kenapa area terminal masih belum saja dibangun, tetapi PT Bangun Bina Persada sebagai pihak ketiga yang bekerjasama dengan Pemkab Bandung Barat membangun sekitar 12 kios di bagian belakang yang tidak masuk dalam site plan.

Baca: Jadwal Persib Bandung VS Persija Jakarta Diundur, Kedua Tim Rugi Berat

Baca: Mario Gomez: Ini Bukan Masalah Tidak Ada Izin Keamanan

"Terminal ini kan tanah Pemda, seharusnya pemerinrah mengkondisikan dahulu untuk angkutan. Saya mohon Dishub tertibkan bangunan liar ini. Kenapa didiamkan ?," ujarnya.

Seperti diketahui, para muspika Kecamatan Lembang telah melakukan relokasi PKL yang tak tertampung dan berada di bagian depan pasar ke bagian belakang pasar, sehingga kini menjadi masalah baru karena menggunakan lahan terminal.

"Saya dengar-dengar justru kios yang baru sedang dibangun ini akan diperjual belikan dengan harga Rp 7-8 juta. Tapi, lahan terminal jadi berkurang. Para pengemudi terus mempertanyakan ini ke saya selaku ketua. Maka, saya ingatkan ke aparat pemerintah untuk segera ditertibkan dan sesuai peruntukkannya, agar sinergi baik muspika maupun pengelola pasar dan transportasi," ujarnya.

Obos (53), sopir angkot jurusan Lembang-Cisarua mengaku area belakang pasar ada peruntukkan untuk terminal untuk tempat menunggu penumpang, tetapi saat ini pembangunan terminal belum selesai, sehingga angkutan hanya melintas saja dan belum ada tempat berhenti.

"Kalau kami disuruh masuk ke dalam pasar dan terminal belum ada, ya tetap penumpang akan sepi dan setoran pun berkurang. Padahal, retribusi jalan terus sehari Rp 2000," katanya di Lembang, Kamis (26/4).

Masalah sampah yang berada di sepanjang jalan masuk ke pasar, Obos pun merasa terganggu karena mengeluarkan bau tak sedap dan jadi bibit penyakit, sehingga dia berharap untuk diselesaikan secepatnya.

Sopir lainnya, Indra (28) pun mengungkapkan terganggu atas keberadaan sampah dan kondisi jalan yang becek.

"Kami sih gak masalah jika harus masuk ke dalam pasar untuk memutar, tapi saya minta jalan masuk ini harus dibersihkan dahulu agar nyaman. Karena, banyak penumpang juga yang mengeluhkan bau," ucapnya.

Baca: Sering Tercium Bau Menyengat dari Rumah Pembuatan Miras, Mengapa Tetangga Tak Lapor?

Baca: Saat Menggarap Ladang, Warga Temukan Kerangka Korban yang Tertimbun Longsor Setahun Lalu

Kepala Terminal Lembang, Ided Junaedi mengungkapkan pembangunan Terminal Lembang masih harus menunggu kepastian anggaran dari Dinas Perhubungan KBB. Rencananya, Ided mengatakan pembuatan landasan akan dimulai pada Juli. Sedangkan untuk terminal akan mulai 2019.

"Ini lahan terminal dipakai untuk PKL sementara hanya tiga bulan sampai Juli. Nanti setelah Juli baru akan mulai fokus untuk terminal. Saya juga mau cepat ada terminal ini tapi kan terganjal anggaran," ucapnya.

Pengalihan arus lalulintas untuk angkot diujicoba sampai Kamis sejak Selasa. Dari hasil evaluasi Ided mengaku efektif mengurai kemacetan.

Sebagai informasi, luas area terminal sekitar 1.750 meter persegi dan luas Pasar Lembang sekitar 24.030 meter persegi.

Kepala UPT Kebersihan Lembang, Jaka Susilo menegaskan sampah yang berada di sepanjang jalan masuk terminal merupakan sampah liar. Pihaknya mengaatakan akan mengangkut sampah tersebut pada Sabtu (28/4), sekaligus melakukan operasi bersih bekerjasama dengan Camat Lembang.

"Idealnya masyarakat tidak buang ke sana, karena itu kan bukan tempat sampah. Jika kami simpan petugas di sana pun tak efektif," katanya melalui pesan singkat.

Untuk sementara, Jaka menyebut cara yg bisa dilakukan saat ini ialah melakukan opsih di luar jadwal pelayanan yang sudah ada, seperti yang akan dilakukan Sabtu ini.

Di samping itu, keberadaan terminal Lembang hingga saat ini masih dirasa belum layak, terlebih area terminal justru masih digunakan untuk para pedagang kaki lima (PKL) sementara yang telah direlokasi dari area depan pasar.

Ketua Federasi Serikat Pekerja Transportasi Seluruh Indonesia (FSPTSI), Asep Keke mengancam akan melakukan aksi demo besar-besaran ke Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung Barat jika sampai Mei belum menyelesaikan tempat terminal.

"Kami ingin ada terminal yang layak. Sampah saja banyak di pinggir jalan masuk, entah itu masuk ke pengelola pasar atau UPTD. Para sopir meminta ke saya untuk adanya aksi demo, tapi saya akan tunggu sampai Mei ini," katanya.

Asep menginginkan fungsi lahan yang diperuntukkan untuk terminal sudah semestinya difungsikan sesuai peruntukkkannya.

"Kalau tak ada tanggapan dari Dishub KBB, maka saya akan ke Dishub provinsi. Jadi, tunggu kabar dulu. Saya juga sudah imbau sebelum lewat Mei jangan ada aksi dan mereka (sopir) mengerti," ujarnya.

Jumlah angkutan (angkot) di Lembang sebanyak 492, di antaranya 70 angkot Cikole-Lembang, 73 angkot Cisarua-Lembang, 137 angkot Stasion-Lembang, 62 angkot Ciroyom-Lembang, 100 elf Subang-Ledeng, dan 50 angkot Cibodas-Cikidang-Maribaya.

Tapi, hanya sedikit yang aktif dan menetap, yakni angkot Cijengkol, Cisarua, Maribaya, Cibodas, Cikawari, Cikole. (m nandri prilatama)


Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved