Mengenal Kawasan Sentra Cobek di Cirebon, Cobek yang Dipahat Manual Justru Lebih Kuat

Desa ini juga unik, terkenal karena cobeknya yang beda dari yang lain. Ya, cobeknya terbuat dari bahan utama pasir dan semen yang dicetak sendiri.

Penulis: Siti Masithoh | Editor: Ichsan
tribunjabar/siti masithoh
Seorang pengrajin cobek di Sinarrancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon ketika menunjukkan hasil cobek yang terbuat dari semen dan pasir, Jumat (23/3/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Masithoh

TRIBUNJABAR.CO.ID, CIREBON - Desa Sinarrancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, merupakan desa penghasil cobek sejak puluhan tahun lalu.

Ketika memasuki desa ini, akan tampak terlihat para pengrajin cobek yang sedang membuat cobek.

Ada yang sedang mencetak, memahat, menghaluskan, bahkan ada yang sedang menjemur.

Baca: Menyambangi Kampung Adat Cireundeu, Deddy Mizwar Disambut Kecapi Suling dan Disuguhi Singkong

Menurut Kamil (58), seorang pengrajin cobek, di Desa Sinarrancang ada lebih dari 500 pengrajin cobek.

Para pengrajin biasanya membuat cobek dari pagi sampai sore hari.

Hampir semua pengrajin membuat cobek di rumahnya masing-masing.


"Desa ini juga sudah diakui sebagai desa pengrajin cobek dari sekitar tahun 1997," kata Kamil kepada Tribun Jabar saat ditemui di rumahnya, Blok Simacan, Desa Sinarrancang, Jumat (23/3/2018).

Desa ini juga unik, terkenal karena cobeknya yang beda dari yang lain.

Ya, cobeknya terbuat dari bahan utama pasir dan semen yang dicetak sendiri.

Menggunakan adonan utama cobek akan dicetak menggunakan cetakan yang sudah dibuat.

Setelah dicetak, cobek tersebut akan dijemur selama tiga hari dan direndam selama setengah bulan.

Setelah itu cobek akan dihaluskan oleh gerinda hingga tampak hitam dan tampak terlihat layaknya terbuat dari batu.

Cobek di sana ada yang dipahat secara manual dan ada yang dipahat menggunakan mesin.


Bedanya yang manual permukaannya sedikit kasar dan yang menggunakan mesin lebih halus.

"Kalau cobek yang dipahat manual tentu lebih tahan lama juga kualitasnya," kata Kamil sambil tersenyum.

Menurutnya, cobek tersebut dapat bertahan hingga tiga sampai lima tahun.

Satu harga cobek berbeda-beda tergantung dari ukuran.

Harga cobek yang berukuran 20 centimeter dibanderol Rp 20.000.


Harga cobek yang berukuran 30 centimeter dibanderol Rp 30.000.

Untuk cobek berukuran 40 centimeter dibanderol Rp 50.000.

Ukuran cobek yang paling besar yaitu 60 centimeter harganya bisa mencapai Rp 80.000 - 100.000.

Harga ulekannya rata-rata dijual Rp 10.000.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved