Kisah Para Pencari Darah Naga: Diadang Beruang Berpapasan dengan Harimau demi Buah 250 Ribu/per Kilo
Kendati penuh risiko karena sering berhadapan dengan binatang buas, tapi Mus Mulyadi sampai kini masih terus mencari jernang.
Anehnya, lanjut Mulyadi, pondok tempat dia berlindung dijaga gajah sampai pagi.
Baca: Laga Perdana Persib Bandung Dimajukan, Ini Jadwal Terbarunya
"Setelah merusak pondok lain di sekitar saya, kawanan gajah itu tidur di sekeliling pondok saya. Saat itu saya sudah pasrah, tapi alhamdulillah saya selamat. Paginya kawanan gajah itu pergi," katanya.
Mulyadi juga memiliki pengalaman bertemu dengan harimau ketika dirinya tersesat dalam hutan.
Ia sempat melihat harimau dari bagian belakang sambil mencakar batang kayu seperti memberi arah petunjuk.
"Saya pernah mendengar pengalaman orang lain. Kalau tersesat di hutan, lalu berjumpa harimau. Ikuti saja harimau tersebut dari jarak jauh. Itulah yang saya lakukan hingga saya menemukan tempat pemberhentian yang aman," katanya.
Meski penuh tantangan, Mulyadi tetap menekuni profesinya sebagai pencari jernang.
Apalagi sekarang harga jernang untuk buah super atau sebesar guli mencapai Rp 450.000/kilogram.
Sedangkan buah biasa, sekitar Rp 250.000.
Dia bisa mendapatkan hasil untuk sekali menjelajah belantara sekitar 5 sampai 10 kilogram, tapi juga pernah pulang dengan tangan kosong.
"Sekarang semakin sulit mencari jernang, karena semakin banyak yang menjalani pekerjaan itu. Selain itu banyak pohon jernang ditebang, sehingga semakin langka," katanya.
Ia berharap pemerintah bisa memberikan bantuan kepada petani untuk membudidayakan, sehingga tidak perlu merambah belantara yang penuh tantangan.
"Kalau diberi pilihan menanam seperti pinang, kakao, dan kelapa sawit, saya akan lebih memilih jernang," kata Mulyadi.
Pencari jernang lain, Saiful Armansyah (32), warga Gampong Panton Rayeuk, Kecamatan Banda Alam, Aceh Timur sudah berburu jernang sejak tujuh tahun lalu.
Hampir semua belantara Aceh sudah dijelajahinya.