Kecelakaan di Tanjakan Emen
Fakta Baru Kecelakaan Maut di Tanjakan Emen, Ternyata Sopir Tahu Bus Ada Masalah
Setelah keluar dari gerbang Tangkuban Parahu, bus harus melewati turunan panjang sekitar kurang lebih dua kilometer.
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Ravianto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha
TRIBUNJABAR.ID, SUBANG - Fakta baru terungkap dari kecelakaan maut di Tanjakan Emen yang menewaskan 27 orang, Sabtu (10/2/2018).
Polisi menemukan sejumlah fakta awal bahwa kecelakaan tersebut ada unsur kelalaian dari sopir dan manajemen pengelola bus.
Seperti dikatakan Kepala Korlantas Mabes Polri Irjen Pol Royke Lumewa.
"Mereka sempat berhenti dulu di sekitar Tangkuban Parahu," ujar Royke.
"Sopir sempat berkomunikasi dengan manajemen, memberitahukan bahwa rem tidak berfungsi dengan baik."
"Kemudian sopir memperbaiki sistem rem untuk sementara dan bus tetap jalan."
Seperti diketaui, para wisatawan ini baru saja meninggalkan wisata kawah Gunung Tangkuban Parahu di Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, untuk kembali pulang ke Tangerang Selatan via Tol Cikopo-Palimanan yang bisa diakses dari Gerbang Tol Subang Kota.
Setelah keluar dari gerbang Tangkuban Parahu, bus harus melewati turunan panjang sekitar kurang lebih dua kilometer.
Saat melewati turunan panjang yang curam dan berkelok-kelok di tengah kebun teh dan hutan pinus itulah bus mengalami kecelakaan tragis.
Sementara itu polisi mengggunakan drone untuk mengolah tempat kejadian perkara.
Alat semacam kamera penangkap gambar dan perekam video 3 dimensi digunakan polisi dalam olah tempat kejadian perkara (TKP), bus terguling di turunan Emen di Kampung Cicenang, Desa/Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Minggu (11/2/2018) siang.
Direktur Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Jabar Kombes Pol Prahoro Tri Wahyono mengatakan, alat bernama Faro ini bekerja menangkap gambar dan merekam situasi lokasi kejadian secara otentik. Faro difungsikan juga dengan menggunakan drone untuk menangkap situasi otentik lokasi dari atas.
Baca: Sebanyak 18 dari 27 Korban Tewas di Tanjakan Emen Dimakamkan Massal
"Dalam satu sesi pengambilan gambar, dibutuhkan waktu paling sedikit enam menit. Faro akan merekam secara otentik, termasuk menangkap kontur tanah hingga kemiringan jalan," ujar Prahoro di sela olah TKP, Minggu (11/2/2018) siang.
Hasil kerja alat ini akan disimulasikan oleh para ahli IT Mabes Polri. Dalam simulasi itu, polisi akan mencari berbagai kemungkinan penyebab kejadian dengan cara direkonstruksi.
Persib Tak Jadi Tim Musafir untuk Liga 1 2018? Ini Penjelasannya https://t.co/pA2bB4dj3m via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) February 11, 2018
Sebagai gambaran, hasil kerja Faro ini sempat diputar dalam film tentang pendaratan darurat pesawat yang diperankan Tom Hanks sebagai pilot berjudul Sully.
Di film itu, pesawat berhasil mendarat di sungai tanpa ada satupun penumpang yang tewas.
Di bagian film saat persidangan komite etik keselamatan transportasi, ditampilkan simulasi pendaratan pesawat dengan tampilan otentik lokasi kejadian untuk meyakinkan pimpinan sidang bahwa pendaratan darurat pesawat itu adalah hal paling mungkin dilakukan.
Penggunaan Faro pada kecelakaan di Subang juga memiliki tujuan yang sama, sebagai alat bukti dalam proses penyidikan polisi untuk mencari siapa yang bertanggung jawab secara pidana dalam insiden ini. Faro dikendalikan seorang anggota polisi melalui pengendali jarak jauh secara nirkabel.
Dalam mekanisme kerjanya, polisi akan melakukan simulasi, seperti kecepatan sekian kilometer per jam dengan rem bermasalah akan menghasilkan kecelakaan seperti apa dan sejauh mana kerusakan yang ditimbulkan.
Simulasi-simulasi itu akan dicocokkan dengan fakta temuan polisi di lapangan seperti bagaimana bus menabrak hingga akhirnya terguling.
Ingin Berdamai, Jessica Iskandar Beri Kesempatan Kedua Untuk Mantan Suami: Pintu Selalu Terbuka https://t.co/vKuigIMfSX via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) February 11, 2018
"Ya betul, hasil kerja Faro yang kemudian disimulasikan rangkaian detik-detik kejadian ini untuk dijadikan sebagai bukti dan meyakinkan hakim di pengadilan," ujar Prahoro.(*)