Longsor di Jalur Puncak
3 Penjelasan Ahli Mengenai Longsor di Kabupaten Bogor
Melalui tulisan ini, Tribun Jabar merangkum sejumlah penjelasan ahli mengenai longsor, khususnya longsor di Bogor.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Yudha Maulana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Yongky Yulius
TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Hujan deras di kawasan Bogor, Jawa Barat, menyebabkan longsornya tebing setinggi 30 meter dan lebar 100 meter pada Senin (5/2/2018) dini hari di Kampung Maseng RT 02 RW 08, Desa Warung Menteng, Kecamatan Cijeruk.
Melalui tulisan ini, Tribun Jabar merangkum sejumlah penjelasan ahli mengenai longsor, khususnya longsor di Bogor.
Penjelasan ini ditulis berdasarkan penuturan Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ir Rudy Suhendar M sc dan Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Ir Agus Budianto, di ruang informasi gedung PVMBG Badan Geologi, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (6/2/2018).
Baca: Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi di Sejumlah Wilayah Jabar
Apa saja penjelasannya? Simak selengkapnya:
1. Faktor yang Mengontrol dan Memicu Longsor
Ir Agus Budianto, menjelaskan, longsor merupakan perpindahan material pembentuk lereng, berupa batuan, timbunan, tanah, atau material campuran yang bergerak ke arah bawah dan ke luar lereng.
Menurutnya, beberapa faktor yang mengontrol terjadinya gerakan tanah atau longsor adalah kelerengan, kondisi geologi, kondisi keairan, lereng, perubahan tataguna lahan maupun kegagalan konstruksi.

Sedangkan, lanjutnya, pemicu gerakan tanah atau longsor umumya adalah curah hujan yang tinggi, gempa bumi, dan aktivitas manusia.
"Indonesia merupakan daerah yang beriklim tropis sehingga pelapukan berjalan sangat intensif, di samping itu, morfologi Kabupaten Bogor umumnya berupa perbukitan dan pegunungan dengan lereng yang terjal yang dibangun oleh endapan dan tanah pelapukan batuan gunung api, aktivitas manusia yang kurang terkontrol menyebabkan potensi longsor akan meningkat jika curah hujan tinggi," ujar Agus Budianto.
"Di samping itu, akibat gempa bumi juga menyebabkan lereng menjadi berkurang kekuatannya sehingga musim hujan daerah rawan longsor menjadi banyak." ujarnya.
Baca: Pengembangan Penyelidikan Kasus e-KTP Mulai Mengarah ke Menteri Puan Maharani
2. Penyebab Longsor di Bogor
Ir Rudy Suhendar M sc, mengatakan, ada tiga hal penyebab utama kejadian tanah longsor di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.
"Penyebab utamanya tetap. Tiga hal itu tidak bisa terpisahkan, (yaitu) adanya lereng, adanya batuan, dan adanya air yang menjadi beban si lereng itu," kata Rudi Suhendar, kepada wartawan, di ruang informasi gedung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (6/2/2018).

"(Di kejadian longsor Bogor) sifat dan tanah batuannya memiliki karakteristik terhadap longsor. Kemudian dari kelerengannya. Kemudian dari tata airnya seperti apa. Karena air (tata air), dalam hal ini curah hujan, menjadi pemicu kejadian di puncak ini," ujar Rudi menjelaskan lebih lanjut.
Jika fungsi tata air di atasnya tidak teratur, lanjutnya, dan begitu saja masuk ke daerah yang sifat dan tanah batuannya rawan, maka akan terjadi longsor.
3. Pengaruh Aktivitas Manusia Tak Terlalu Esktrem
Baca: Awas Hoaks! Info Menghilangnya Ustaz di Cimahi Selatan Tidak Benar
Pengaruh aktivitas manusia seperti penggunaan lahan oleh penduduk setempat untuk permukiman atau pembangunan vila, disebut tak berpengaruh esktrem terhadap terjadinya longsor di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.
"Kalau yang di puncak saya kira itu sudah lama ya. Pengaruh dari (aktivitas) manusianya tidak terlalu ekstrem," ujar Ir Rudy Suhendar M Sc.
Namun, Rudy juga tak memungkiri jika fungsi tata air pada lereng dapat terganggu karena tertutup bangunan.

"Kadang-kadang lereng ada pemotongan. (Itu dapar berakibat) fungsi tata air di atasnya tidak teratur. Tata air bisa tertutup bangunan. Air (hujan) bisa begitu saja masuk ke daerah yang rawan (longsor)," katanya.
Selain itu, Rudy juga tak memungkiri, penggunaan lahan oleh penduduk setempat seperti untuk permukiman dapat berpengaruh terhadap terjadinya longsor.
"Pengaruh penggunaan lahan terhadap longsor itu ada. Hanya saya belum bisa mengspesifikan apakah itu adalah akibat, sebut saja, penggunaan lahan setempat saat ini. Karena di tempat lain masih stabil. Tapi pengaruh tutupan lahan terhadap longsor itu ada," ujarnya.