Begini Detik-detik Guru Budi Tewas Usai Dipukul Muridnya, Mati Batang Otak Jadi Penyebabnya
Shinta menjelaskan saat pulang dari sekolah, guru Budi tidak pernah menceritakan kejadian yang menimpa dirinya.
TRIBUNJABAR.CO.ID, SAMPANG - Sianit Shinta (22) istri dari guru Ahmad Budi Cahyono yang tewas usai dipukul oleh muridnya sendiri bercerita mengenai detik-detik kematian sang suami.
Shinta menjelaskan saat pulang dari sekolah, guru Budi tidak pernah menceritakan kejadian yang menimpa dirinya.
Shinta mengatakan, korban langsung tidur setelah pulang dari sekolah.
Setelah bangun, korban mengeluh sakit kepala. Shinta kemudian menanyakan penyebab suaminya sakit kepala.
"Apa kamu jatuh dari motor atau jatuh kepeleset?" tutur Shinta mengulang pertanyaan kepada suaminya saat itu.
Baca: Sekilas Tentang Game Pukul Guru Anda, Begini Cara Bermain Game Sadis Ini
Baca: Laporan Adanya Lima Kuburan Massal Rohingya di Rakhine Dibantah Tegas oleh Myanmar
Budi kemudian menjawab pertanyaan istrinya bahwa dia dipukul oleh siswanya di sekolah.
Seusai bercerita kepada istrinya, Budi tiba-tiba muntah dan minta untuk ditidurkan di ranjang tidurnya.
Shinta kemudian menggotong suaminya ke kamarnya lalu mencoba menghubungi dokter. Namun nomor dokter yang dicari di ponsel tidak ditemukan.
Karena korban sudah tidak sadarkan diri, korban kemudian dibawa ke Puskesmas Torjun.
Karena pihak Puskesmas tidak mampu menangani korban, korban kemudian dirujuk ke RSUD Kabupaten Sampang.
Namun, rumah sakit tersebut juga mengaku tidak bisa menangani korban sehingga korban langsung dirujuk ke rumah sakit di Surabaya.
Pihak rumah sakit kemudian menangani korban dan korban dinyatakan mengalami mati batang otak (MBO), yang menyebabkan seluruh organ tubuhnya tidak berfungsi.
Korban meninggal dunia sekitar pukul 20.00 WIB pada hari Kamis.
Ayah korban, Mohamad Satuman Asyari, mengaku sangat terpukul atas peristiwa yang dialami anaknya.
Baca: Nenek 80 Tahun Ini Hebat, Sukses Gagalkan Aksi Begal Sepeda Motor di Pinggir Jalan
Baca: Aksi Panjat Pohon Bupati Lebak Viral, Begini Potret Cantik Iti Octavia, Lihatlah Masih Awet Muda!
Namun peristiwa tersebut dianggapnya sebagai ujian bagi keluarganya.
"Saya ikhlas menerima ujian ini. Namun harapan saya agar Polisi bisa menyelesaikan kasus ini sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku," ungkap Satuman.
Dianiaya di Sekolah
Siswa berinisial MH menganiaya gurunya bernama Ahmad Budi Cahyono. Peristiwa terjadi di SMAN 1 Torjun, Sampang, Madura.
Budi sedang mengajar Seni Rupa di ruang kelas XI.
Budi sempat menegur MH karena tidak fokus dan mendengarkan saat jam pelajaran berlangsung.
Bukannya diam, MH justru makin gaduh dengan mencoreti lukisan teman-temannya.
Baca: Tinggalkan Persib Bandung, di Mana Sergio van Dijk Kini Bermain?
Merasa MH tidak mengindahkan tegurannya, Budi pun mencoret pipi MH dengan cat warna.
MH yang tak terima langsung melayangkan pukulan kepada korban.
Keduanya berhasil dilerai dan dibawa ke ruang guru untuk dimintai keterangan.
Sesampainya di rumah, Budi mengeluh sakit pada bagian lehernya hingga tiba-tiba tak sadarkan diri.
Jenazah Diantar Ribuan Orang
Jenazah Ahmad Budi Cahyono, guru honorer SMAN 1 Sampang, yang meninggal karena dianiaya siswanya diantar ribuan warga ke tempat pemakaman umum di Jalan Raya Piliang, Desa Tanggumung, Kecamatan Kota Pamekasan, Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur.
Secara bergantian, warga dan guru mengusung keranda jenazah Ahmad Budi Cahyono.
Orang yang mengantar ke lokasi pemakaman di antaranya Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Syaiful Rahman dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sampang Moh Jupri Riyadi.
Syaiful Rahman mengatakan, peristiwa pembunuhan guru oleh siswa di Sampang ini merupakan yang pertama di Indonesia dan di Jawa Timur.
Kejadian ini diharapkan tidak terulang kembali di semua tempat.
"Saya sangat prihatin atas kejadian ini. Semoga ini yang terakhir kalinya," ujar Syaiful Rahman.
Syaiful menambahkan, ke depan semua kepala sekolah harus mengawasi dan memantau setiap kelas.
Dengan demikian, kepala sekolah bisa tahu kejadian di sekolahnya.
Selain itu, Dinas Pendidikan Jawa Timur juga akan membuat program pengadaan kamera pemantau (CCTV) di setiap sekolah.
Tujuan pengadaan program tersebut untuk memantau semua kegiatan di sekolah dan diharapkan bisa disetujui Gubernur Jawa Timur.
"Kepala sekolah bisa memantau apa saja yang terjadi di sekolahnya. Jangan ada lagi siswa menganiaya gurunya, juga tidak boleh lagi ada guru menganiaya siswanya," ungkap Syaiful.
Sementara itu, di SMAN 1 Torjun, semua siswa dan guru pulang lebih awal dari jam biasanya.
Mereka semua pergi ke rumah korban untuk ikut mengantarkan jenazah korban ke tempat pemakaman.
Kepala Satuan Reskrim Polres Sampang Ajun Komisaris Polisi Hery Kusnanto menuturkan, saat didatangi di kediamannya di Dusun Brekas, Desa Torjun, Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang, pelaku MH langsung menyerahkan diri.
Anggota keluarga pelaku juga tidak ada upaya untuk menghalangi penjemputan pelaku.
"Tadi malam pelaku diamankan di rumahnya tanpa ada kesulitan dan tidak ada perlawanan," ujar Hery Kusnanto.
Saat ini pelaku masih ditahan untuk segera menjalani pemeriksaan.
Polres Sampang juga sudah mendatangi keluarga korban untuk menenangkan suasana.
Sebab, dikhawatirkan ada pihak keluarga yang tidak terima atas kejadian ini dan berusaha melakukan balas dendam.
"Sebagian anggota sudah ada yang memantau ke rumah korban guna mengantisipasi hal yang di luar dugaan," imbuhnya.
Harus Diusut Tuntas
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) meminta aparat penegak hukum mengusut penyebab kematian guru kesenian SMA Negeri I Torjun, Sampang, Ahmad Budi Cahyono.
"Jika karena pemukulan siswa sebagai penyebab kematian guru maka hukum harus ditegakkan," tutur Heru Purnomo, Sekretaris Jenderal FSGI.
Dia menilai, kejadian di luar batas kewajaran itu harus menjadi perhatian dan efek jera bagi para siswa yang berpotensi melakukan tindak kekerasan di lingkungan sekolah dan di luar sekolah.
Siswa yang melakukan penganiayaan wajib diproses hukum sesuai Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA).
"FSGI mendorong pemerintah terutama dinas-dinas pendidikan di daerah untuk memberikan perlindungan kepada para guru dalam menjalankan profesinya, terutama di lingkungan sekolah," ujar Heru.
Sedangkan bagi para pendidik harus menyadari dalam melaksanakan tugas ada risiko seperti itu.
Menurut dia, harus ada SOP baik guru maupun siswa.
"Ketika menjadi korban kekerasan di lingkungan sekolah, maka pihak sekolah dan pemerintah daerah wajib memberikan pertolongan pertama dan segera membawa korban ke rumah sakit sehingga dapat dideteksi segera dampaknya dan tidak terlambat mendapatkan bantuan dan tindakan medis sebagaimana mestinya," kata dia.
Ia pun menyampaikan duka mendalam sekaligus keprihatinan terhadap meninggalnya guru kesenian Ahmad Budi Cahyono akibat penganiayaan yang dilakukan anak didiknya sendiri. (Tribun Network)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/pelayat-yang-memadani-kediaman-almarhum-guru-ahmad-budi-achmad-budi_20180203_165205.jpg)