Sisi Kelam Pertunjukan Topeng Monyet

Agar monyet menuruti perintah pelatih, terkadang monyet tidak diberi makan.

Penulis: Theofilus Richard | Editor: Isal Mawardi
TRIBUN JABAR / DICKY FADIAR DJUHUD
Seekor monyet tengah menerima uang logam dari pengendara motor di salah satu perempatan di Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Rabu (4/11/2015). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Theofilus Richard

TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Siksaan sering diterima oleh monyet ekor panjang saat latihan Topeng Monyet.

Hal itu dikatakan oleh Dokter Hewan Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Janipa Saptayanti usai aksi tolak topeng monyet, di depan Gedung Sate, Selasa (30/1/2018).

"Mereka melatih pakai kekerasan biasanya. Melatih itu perlu tiga minggu sampai beberapa bulan," ujarnya.

Janipa Saptayanti menyontohkan cara pelatih topeng monyet melatih monyet berdiri.

Ia mengatakan, tangan monyet akan diikat, kemudian ikatan tangannya diarahkan ke atas.


"Sehingga mereka bisa berjalan dua kaki. Padahal di alam liar mereka berjalan dengan empat kaki," ujarnya.

Agar monyet menuruti perintah pelatih, terkadang monyet tidak diberi makan.

Bahkan, kata Janipa, pemakaian kostum juga menyiksa monyet.

"Pemakaian kostum itu sendiri akan berakibat tidak bagus juga, kadang iritasi, lecet, bulu rontok," ujarnya.

Ia juga menemukan monyet disuruh bekerja dari pagi hingga malam hari tanpa diberi makan dan minum.

Selain itu, Janipa juga mengkhawatirkan terjadinya zoonosis, yaitu penularan penyakit dari hewan ke manusia atau sebaliknya.

Menurit Janipa, monyet ekor panjang seharusnya dikembalikan ke alam liar dan tidak lagi dieksploitasi.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved