Eksklusif Tribun Jabar
Pembuat Pom Mini Kebanjiran Pesanan Hingga 70 Unit Per Bulan, Harga Rp 15 juta-Rp 35 juta
Pesanan terus meningkat lantaran banyaknya masyarakat yang menggunakan pom mini untuk berjualan bahan bakar minyak
Penulis: Ragil Wisnu Saputra | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Bahkan, pihak perusahaan juga memberikan alat pemadam api ringan (APAR) kepada konsumen untuk alat kelengkapan keamanannya.
Jarang Orang Tahu, Ini Ciri Penyakit TBC pada Paru yang Harus Diwaspadai https://t.co/iuM9Edlsnf via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) December 4, 2017
Selain itu, kata dia, di setiap mesin yang dibuat, perusahaan mencantumkan tulisan imbauan dilarang merokok ataupun memainkan telepon genggam saat pengisian bahan bakar.
Terlebih, saat pemasangan mesin dilakukan baik mesin pesanan yang ditanam maupun portable (didorong), konsumen wajib memiliki tempat yang sedikit jauh dari benda-benda berbahaya atau berdekatan dengan aktivitas masyarakat.
"Jarak pemasangan alat itu minimal lima meter dari benda-benda berbahaya atau aktivitas masyarakat. BBM ini, kan, sifatnya menguap. Ditakutkan saat ada penguapan dan di dekat pemasangan mesin ada yang melakukan aktivitas yang memicu api, maka akan menyambar. Kami selalu imbau itu kepada konsumen," katanya.
Buku panduan pemasangan, kata Alfan, juga diberikan kepada konsumen. Hal ini dimaksudkan agar konsumen mengetahui hal-hal yang tidak diperbolehkan saat mesin digunakan.
Baca: Membuat Surat Izin Mengemudi di Purwakarta Membutuhkan Biaya Hingga Mencapai Satu Juta Rupiah
Konsumen, ujar Alfan, juga terus dibina perihal keamanan dalam mengoperasikan mesin yang dibuat CV RD Pom Mini.
"Misal ada yang nekat memasang mesin dekat dengan tukang gorengan atau yang lainnya, kami tarik kembali. Kami lebih baik melakukan pembatalan penjualan mesin. Sebab, kami ingin mesin kami tidak menimbulkan masalah. Karena sejak awal belum pernah ada kejadian yang berarti dari mesin yang kami buat. Kami berinovasi terus agar mesin makin baik dan layak," katanya.
CV RD Pom Mini, ucapnya, sebelum menjual mesin tersebut juga sudah menempuh tes standardisasi mesin di Dirjen Minyak dan Gas Bumi terlebih dahulu.
Tes tersebut dilakukan dengan menyalakan dan menggunakan mesin selama 300 jam nonstop untuk melihat kelayakan mesin sebelum diproduksi secara masal.
Sempat Diselingkuhi hingga Berniat Bunuh Diri, Begini Kabar Terbaru Mantan Istri Demian Aditya https://t.co/OW0Kercykf via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) December 4, 2017
"Kenapa mesin kami sedikit mahal dibanding yang lainnya, ya karena semua komponennya ini sudah layak dan minim risiko.
Karena yang ada juga yang membuat mesin seperti ini dengan asal-asalan. Misal nozzle dan slang yang digunakan itu pakai nozzle dan slang untuk air, padahal harus minyak," katanya.
Ditanya berapa rata-rata mesin yang dipesan setiap pekan dari berbagai pelosok di Indonesia, Alfan mengatakan sekitar 10 unit.