Kisah Ceu Eulis, 20 Tahun Menjanda, Banting Tulang Menjadi PRT Sampai Jadi Penjual Nasi Kuning

Fisiknya yang sudah menua setiap hari mendorong gerobak roda bermuatan nasi kuning dan dibawanya. . .

Editor: Fauzie Pradita Abbas
Siti Masithoh
Eulis (58), penjual nasi kuning di Pasar Binongjati, Binong, Kota Bandung, menjadi tulang punggung bagi keluarganya. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Masithoh

TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Setiap harinya, sekira pukul 03.00, Eulis (58) sudah menyiapkan nasi kuning dan masakan untuk dijual. 

Fisiknya yang sudah menua setiap hari mendorong gerobak roda bermuatan nasi kuning dan dibawanya menuju Pasar Binongjati, Binong, Kota Bandung dengan jarak sekira 200 meter.

Wanita yang sudah menjanda selama 20 tahun terpaksa menjadi tulang punggung.

Eulis tinggal bersama kakaknya, Ratna (63), dan satu anak Ratna dalam satu atap di rumah warisan orangtua Eulis. 

“Saya bekerja keras agar dapat bertahan hidup," kata Eulis kepada Tribun Jabar saat ditemui di kediamannya di Binongjati Utara, Senin (27/11/2017).

Eulis menjajakan dagangannya sejak pukul 05.00-12.00. 

“Asal bisa jalan, saya bisa berjualan, tidak peduli berapa yang dapat saya hasilkan yang penting keluarga bisa makan,” kata Eulis saat ditemui di rumahnya selesai berjualan, Senin (27/11/2017).

Tak jarang ketika sedang mendorong gerobak roda jualannya, ban gerobak seringkali kempes. Hal tersebut tentu menjadi sebuah perjuangan ekstra bagi Eulis.

Beban mendorong gerobak rodanya menjadi semakin berat.

Meski begitu, tuntutan kebutuhan hidup membuat Eulis tak menghiraukan kendala-kendala yang terjadi padanya.

Pengalaman Pahit

Kepada Tribun Jabar, Eulis menceritakan pengalaman pahit yang pernah dialaminya.

Kakinya terbakar api ketika memasak.

“Saya langsung ke puskesmas, katanya nggak boleh kena air,” ujar Eulis. 

Sementara saat menceritakan keluarganya, diakatakan Eulis, kakaknya, Ratna (63), sudah empat bulan tidak bekerja dan menderita sakit komplikasi.

Anak Ratna, juga belum mendapat pekerjaan.

Selama empat bulan terakhir Ratna dan anaknya hidup bersama dari penghasilan nasi Kuning Eulis. 

Suami Eulis meninggal 20 tahun yang lalu.

Eulis tinggal mempunyai satu anak, anaknya meninggal satu. 

“semenjak anak meninggal saya harus mandiri,” ujar Eulis. 

Anak Eulis yang masih hidup juga belum bekerja tetap, terkadang Eulis menyisihkan uang untuk cucunya. 

Kini penghasilan Eulis tidak menentu, musim hujan membuatnya berjualan hanya sampai kira-kira pukul 11.00. 

“Saya sering sekali hidup susah, bantuan beras pengganti raskin juga saya belum pernah dapat,” ujar Eulis. 

Modal berjualan nasi kuning merupakan pinjaman dari pedagang pasar. 

Eulis biasanya mendapat pinjaman kerupuk, beras, bumbu dan sebagainya.

Setelah mendapatkan uang, Eulis segera membayarnya.

“Di pasar yang penting benar jualannya Insyaallah bisa dapat pinjaman,” ujar Eulis. 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved